Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Apa Makna Narasi Jalur Rempah bagi Kita Sekarang?

17 Oktober 2017   11:01 Diperbarui: 18 Oktober 2017   02:34 1386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://kangone.blogspot.com

Jalur rempah adalah narasi besar bangsa Indonesia. Rempah telah mengharumkan nama Indonesia ke seantero jagat. Namun ironisnya, rempah itu pulalah yang telah mengundang datangnya penjajah Eropa. Lantas apa relevansi jalur rempah bagi Indonesia sekarang?

Sejarah harus selalu menjadi sumber inspirasi untuk masa kini. Demikian juga sejarah jalur rempah. Rempah asal Indonesia sebenarnya telah lama terkenal sampai Eropa. Rempah tersebut diperdagangkan oleh pedagang dari Arab, Persia, India, dan Cina. Dalam perkembangan kemudian, bangsa Eropa mulai tak ingin tergantung pada pedagang dari Asia untuk mendapatkan rempah. Bangsa Eropa ingin mencari dan menemukan sendiri pulau rempah atau spice islands.

Kenapa bangsa Eropa mati-matian mencari rempah? Selama abad pertengahan di Eropa, peran rempah dipandang menjadi semakin penting. Disamping dipergunakan untuk berbagai keperluan yang terkait dengan agama dan kematian, rempah-rempah juga digunakan untuk bumbu masak, kesehatan, stamina lelaki, bahkan untuk pengobatan dan pencegahan wabah penyakit. Demikian juga, permintaan rempah-rempah tidak hanya dari kelas bangsawan tetapi juga dari segmen masyarakat yang lebih luas," kata guru besar sejarah maritim dari Universitas Diponegoro, Semarang, Singgih Tri Sulistiyono, beberapa waktu lalu.

"Seiring dengan penemuan teknologi perkapalan dan persenjataan, orang-orang Eropa terdorong untuk mencoba mencari sendiri sumber rempah di dunia Timur yang terbilang masih sangat misterius. Pada waktu itu, rempah merupakan komoditas yang sangat berharga karena faktor kelangkaan dan tingkat kesulitan yang tinggi untuk memperolehnya. Justru itulah, berkembang impian diantara orang-orang Eropa untuk datang sendiri ke kepulauan rempah yang akhirnya menginspirasi para petualang bangsa Eropa," ia menjelaskan. Harga rempah yang dijual pedagang dari Asia itu bisa mencapai 1.000% dari harga aslinya.

Semangat penaklukan itu lahir dari pertentangan Spanyol dan Portugis yang sama-sama berambisi menguasai dunia. Paus Julius II sampai turun tangan untuk mendamaikan kedua bangsa itu. Maka, dibuatlah perjanjian di Tordesillas tahun 1493 dimana diputuskan, Spanyol memiliki hak perdagangan dan pelayaran ke arah barat, sementara Portugis ke arah timur. Perjalanan tersebut kemudian dikenal sebagai Perjanjian Tordesillas. Salah satu akibat dari perjanjian ini adalah mulai berkembang semangat penjajahan dari bangsa Eropa dengan berkembangnya semboyan "3G" yaitu gospel, golddan glory. Perjanjian tersebut berlaku sampai 13 Januari 1750.

Sejak itu, kedua bangsa tadi mulai melakukan petualangannya mencari dunia baru. Christopher Columbus berhasil menemukan benua Amerika tahun 1498, namun gagal menemukan pulau rempah. Jauh sebelum itu, pada Mei 1488 pelaut Portugis, Bartolomeus Dias, telah berpetualang mencari pulau rempah dan berhasil menemukan Tanjung Pengharapan (Cape of  Good Hope), Afrika Selatan. Petualangan ke Timur bangsa Portugis dilanjutkan Vasco da Gama yang berhasil mendarat di Kalkuta pada 20 Mei 1498.

Portugis mulai membangun kekuatan disana. Tahun 1509, Laksamana Alfonso d'Albuquerque menaklukkan Kerajaan Goa, lalu Malaka tahun 1511. Namun pulau rempah yang diimpikan belum juga ditemukan. Ia lalu menugaskan Antonio de Abreu dan Fransisco Serrao mencari pulau rempah. Portugis akhirnya tiba di pulau Banda, Maluku, tahun 1512. Dari sana, ekspedisi dilanjutkan ke Ambon, lalu Ternate.

Spanyol masuk ke Maluku lewat Lautan Pasifik. Ferdinand Magellan tiba di Filipina tahun 1521. Ia terbunuh dalam perang dengan masyarakat setempat. Akan tetapi anak buahnya berhasil mencapai Tidore pada 8 November tahun itu juga. Dari lima kapal armada Magellan itu, tinggal kapal Victoria yang kembali ke Spanyol dengan muatan penuh rempah.

Pedagang dan pelaut Inggris Francis Drake, tiba di Ternate pada 14 November 1579. Sementara Laksamana Jacob Comelizoon dari Belanda tiba di Ternate pada tahun 1588 dengan kapal Amsterdam dan Utrecht. Sejak itulah, pulau rempah jadi rebutan negara-negara Eropa, dan Belanda akhirnya keluar sebagai penguasa.

Aset Budaya

Akan tetapi, apa makna narasi jalur rempah bagi kita sekarang? "Sebetulnya masih tetap memiliki peran penting meski tidak seperti zaman keemasannya. Dalam hal ini, perlu kreativitas tertentu agar rempah tidak 'dijual apa adanya' sehingga memiliki daya tarik baru. Hal ini perlu dilakukan karena saingan rempah Indonesia semakin tajam," kata Singgih, guru besar sejarah maritim dari Undip itu. Singgih mengakui, jenis rempah Indonesia masih berjaya. Akan tetapi saingannya dari pasar dunia makin besar pula, seperti cengkih Zanzibar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun