Di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, ada sebuah desa namanya Cijurig. Kata "Cijurig" itu berasal dari bahasa Sunda. "Ci" artinya air, sedangkan "jurig" artinya setan.
Dalam sejarahnya, sebelum pulau Jawa ini dibagi-bagi ke dalam beberapa wilayah administratif, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, orang-orang dari wilayah Pasundan sempat bermukim di Desa Cijurig itu.
Oleh karenanya, kendati berada di lingkungan orang-orang Jawa namun penduduk desa Cijurig itu menjadi pemukiman orang-orang Sunda dan mereka menggunakan bahasa Sunda dalam kesehariannya.
Jika dua atau tiga dekade yang lalu bahkan bahasa Sunda ini masih dipergunakan di Jawa Tengah, namun sayangnya kini sudah pudar.
"Sekarang yang tersisa hanyalah simbol-simbol jika tempat ini dulunya dihuni oleh mereka yang dari Pasundan," kata Bayu Setyo Nugroho, seorang kepala desa yang membawahi desa Cijurig.
Menurut Setyo Nugroho punahnya bahasa Sunda di wilayahnya karena penggunanya sudah tua dan meninggal dunia.
"Ini sama saja dengan bencana kemanusiaan," kata Prof. Dr. Cece Subarna, Guru Besar Linguistik UNPAD (Universitas Padjadjaran) Bandung tentang pudarnya bahasa Sunda di Jawa Tengah.
Selain di Kabupaten Banyumas, Cece juga menjelaskan sebelumnya bahasa Sunda juga ditemukan di Kabupaten Brebes dan Cilacap.
Adanya penutur bahasa Sunda di Jawa Tengah ini disebabkan karena dulunya Kerajaan Sunda yang berpusat di Jawa Barat sebagian wilayahnya juga menguasai wilayah-wilayah Jawa Tengah, terutama di wilayah-wilayah yang disebutkan di atas, Brebes dan Cilacap.
Bahkan Dataran Tinggi Dieng yang dikenal berada di wilayah Jawa Tengah itu konon berasal dari kata Dhyang (bahasa Sunda kuno). Karena cukup banyak orang Sunda yang bermukim di wilayah itu.
Cece menyebutkan salah satu penyebab pudarnya bahasa Sunda di Jawa Tengah karena adanya kebijakan dari pemerintah daerah yang memasukkan pelajaran bahasa Jawa di sekolah-sekolah.