Mohon tunggu...
Rudi Darma
Rudi Darma Mohon Tunggu... Administrasi - pemuda senang berkarya

pemuda yang menjadi dirinya di kampung halaman

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pentingnya Pahami Karakter Kebangsaan Kita

7 Agustus 2020   21:53 Diperbarui: 7 Agustus 2020   21:48 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama hampir dua dekade ini, Indonesia dan beberapa negara mengalami masa dimana pemeluk beberapa agama menggelorakan semangat purifikasi atau lebih dikenal sebagai pemurnian agama.

Agama yang ada di beberapa wilayah dianggap sudah sangat terpengaruh oleh budaya lokal sehingga beberapa pihak merasa perlu memurnikannya agar umat bisa beribadah dengan tenang.

Namun pandangan itu seperti menyempitkan konteks sejarah bagaimana satu agama masuk ke sebuah negara atau wilayah. Islam masuk dengan cara berbeda antara India dan China. 

Begitu bagaimana Islam masuk dan menyebar di Indonesia dan Australia; keduanya berbeda. Begitu juga bagaimana Katolik masuk ke Filipina dan mendapat pengikut yang sangat banyak, juga ke Malaysia dan Singapura. Semuanya puna cerita atau sejarah yang berbeda satu dengan lainnya.

Kita tahu bersama bahwa Islam masuk ke Nusantara kebannyakan melalui pedagang Gujarat di India. Muslim India itu mendapat agama Islam dari musafir Arab yang akan ke Asia namun mampir sangat lama di India beranak pinak di sana sebelum akhirnya menetap di India. 

Dari sana keturunannya meluaskan perdagangan mereka ke tempat yang lebih jauh seperti di Asia Timur seperti wilayah Melayu dan Nusantara.

Di Nusantara khususnya di Jawa, walisongo menyebarkannya lebih luas lagi. Penyebaran ini memang menggunakan pendekatan budaya lokal seperti wayang, kenduri, macapat atau olahraga pencak silat dan lain sebagainya. 

Pendekatan itu rupanya berhasil karena masyarakat zaman dahulu punya cara untuk menyembah 'Maha Kuasa' dengan persembahan hasil bumi, laut atau bentuk kesenian yang mengasah seni. 

Dengan cara itu masyarakat memeluk Islam lebih banyak dan menyebar lebih luas lagi ke luar pulau Jawa. Begitulah cara Islam masuk dan menyebar di Nusantara dan itu merupakan sejarah yang mungkin berbeda dengan cara penyebaran Islam di Malaysia atau Thailand.

Nah jika kita menafikan sejarah masuk dan penyebaran Islam itu sama saja dengan mengingkari sejarah itu sendiri. Yaitu bahwa budaya lokal amat berperan untuk mengantarkan agama itu pada pemahaman masyarakat umum, sehingga budaya merupakan cara penghantar sampai pada esensi. Itulah sejarah masuknya agama di Indonesia.

Sehingga jika atas nama purifikasi agama dan membuat agama itu seolah-olah langsung datang dari Timur Tengah dan menganggap budaya yang sebagai cara penghantarnya itu harus dimusnahkan atau tidak diakui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun