Mohon tunggu...
Rudiyana
Rudiyana Mohon Tunggu... Guru - Teacher and lecturer

An ordinary person who dreams big

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Konteks Budaya dan Konteks Situasi dalam Bahasa

2 Maret 2021   10:21 Diperbarui: 2 Maret 2021   11:17 7523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang menghasilkan ujaran. Ketika manusia bertutur atau berujar, sejatinya antara si penutur (orang yang berbicara) dan si petutur (orang yang diajak bicara) memproduksi kalimat-kalimat. Dari kalimat-kalimat inilah si penutur dan si petutur membuat discourse, katakanlah obrolan, percakapan, wacana ,teks dan lain-lain. Tapi bagaimanakah teks tersebut dihasilkan dan diinterpretasikan?

Sejatinya, makna setiap teks harus diinterpretasikan berdasarkan konteksnya. Makna sebuah teks atau ujaran harus bersandar pada konteks situasi dan konteks budaya.

"Lah bocah itu kagak waras ternyata. Pantesan diem mulu" (1)

Mari kita amati keunikan-keunikan dalam penginterpretasian makna yang terjadi pada masyarakat pengguna bahasa. Kita ambil contoh pada daerah Cikarang dan sekitarnya (seperti pada contoh kalimatatau ujaran diatas). Tentunya bagi masyarakat Cikarang dan sekitarnya, penggunaan kata "WARAS" lazim digunakan untuk memaknai keadaan sehat secara jasmani. Akan tetapi, makna kata "WARAS" untuk daerah lain mengalami perbedaan makna. Kata "WARAS" bagi masyarakat pengguna bahasa di luar Cikarang bermakna keadaan mental.

Pada contoh kalimat (1) di atas, penginterpretasian makna harus dilihat dari konteks budaya. Secara leksikal, semantik dari ujaran (1) akan dimaknai dan dipahami bahwa anak tersebut memiliki gangguan kejiwaan. Artinya, bagi masyarakat pengguna bahasa di luar Cikarang dan sekitarnya, jika bertandang, maka tidak perlulah mentertawai perbedaan makna kata "WARAS" orang Cikarang, dan sebaliknya untuk masyarakat Cikarang, hindari menggunakan kata "WARAS" untuk menyatakan kondisi Kesehatan jasmani jika mereka berada di luar wilayahnya.Pemaknaan dari konteks budaya dapat diperikan dengan mengacu kepada:

  • Siapa kita
  • Apa yang kita lakukan
  • Apa yang kita katakan

Maka, dari contoh ujaran (1) kita harus paham 1)siapa kita. Oh ternyata si penutur dan si petutur berasal dari latar belakang budaya yang berbeda; 2)apa yang kita lakukan dan 3) apa yang kita katakan. Oh karena si penutur adalah orang yang berasal dari wilayah A dan berbudaya A, maka yang dilakukan dan dikatakan si penutur untuk mengekspresikan, misalnya, kata "Sehat" adalah kata"Waras". Dengan demikian tidak akan terjadi kesalahpahaman atau penertwaaan yang bisa dirasakan sebagai penghinaan.

Lalu bagaimana dengan konteks situasi? Konteks situasi didasarkan pada:

  • Keumuman aktifitas sosial (Field)
  • Masalahnya apa (Field)
  • Peran sosialnya apa (siapa yang dihadapi) (Tenor)
  • Pengarunya bagaimana (Tenor)
  • Hubungan sosialnya seperti apa (Tenor)
  • Saluran komunikasinya apa (Mode)

Mari kita bahas konteks situasi ini dengan contoh ujaran berikut:

"Abang pedagang bawang merah, berapakah harga untuk satu kilo gram bawang merah ini?" (2: situasi terjadi di pasar)

Apa yang salah dari ujaran ini? Yang salah dari ujaran ini adalah bahwasannya si penutur tidak mengindahkan keumuman aktifitas sosial dan siapa yang dia hadapai. Sehingga si petutur pasti akan menganggap aneh, dan lain sebagainya.

Ujaran (2) akan lebih diterima si petutur jika si penutur mengujarkannya dengan cara yang bisa diterima oleh si petutur. Mislanya, "Berapa sekilo bawah merah ini?" dan lain sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun