Mohon tunggu...
Rudi Yahya
Rudi Yahya Mohon Tunggu... Wiraswasta

Olahraga, membaca

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

MBG Purbalingga, Dari Piring Anak Sekolah Hingga Geliat Ekonomi Pasar

8 Oktober 2025   05:27 Diperbarui: 8 Oktober 2025   05:28 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) membawa angin segar bagi anak sekolah dan pelaku UMKM di Purbalingga. Tapi di balik keberhasilan itu, pedagang kantin sekolah mulai merasakan sepinya pembeli.

"Aku mau olih susu pak karo biskuit enak kwoh," begitu kata Toni, warga Penaruban, sambil menirukan ucapan anaknya yang duduk di bangku SMP di Purbalingga. Ia tersenyum kecil. Bagi Toni, kalimat polos itu menjadi bukti bahwa program Makan Bergizi Gratis (MBG) benar-benar nyata dan dirasakan masyarakat.

Program ini hadir bukan hanya untuk menambah semangat anak-anak dalam belajar, tetapi juga untuk memastikan mereka mendapat asupan gizi yang cukup setiap hari. Namun di lapangan, dampaknya tidak sesederhana itu. Ada banyak cerita yang muncul --- dari pedagang pasar yang kini lebih ramai, hingga kantin sekolah yang mulai sepi.

Gizi untuk Anak, Berkah untuk Pasar

Sejak MBG berjalan, geliat ekonomi di pasar-pasar tradisional Purbalingga mulai terasa. Telur, sayur, tempe, dan bahan pangan lainnya meningkat permintaannya.
"Biasane adol ora mesti entek, saiki iso entek saben dina. Sekolah-sekolah akeh sing pesen bahan kanggo program iki," tutur Siti Maryam, pedagang telur di Pasar Segamas.

Tak hanya pedagang pasar, beberapa pelaku UMKM katering juga ikut kebagian rezeki. Mereka dipercaya menyediakan menu bergizi untuk siswa di berbagai sekolah. "Sekarang pesanan rutin, bahan pun kita beli dari petani sekitar. Jadi semua ikut merasakan manfaat," kata Yuni, pemilik katering rumahan di Kalimanah.

Namun, Kantin Sekolah Jadi Sepi

Di sisi lain, para pedagang kantin sekolah justru mulai merasakan penurunan penjualan.
"Biasane bocah-bocah tuku jajanan,  Saiki akeh sing ora tuku maning , wis olih panganan sekang sekolahan," ujar Wati, pedagang kantin di salah satu SMP negeri di kaligondang

Menurutnya, anak-anak kini sudah kenyang dengan makanan dari program MBG. Meski begitu, Wati tidak ingin mengeluh. Ia hanya berharap bisa ikut terlibat dalam penyediaan bahan baku . 
"nek  bisa , aku ya melu ngisi sayure  dadi ora nganggur. Aja program kiye marakna  kantin kantin dadi pada tutup ," tambahnya.

Langkah Pemerintah dan Harapan Baru

Bupati Purbalingga,  Fahmi  menyebut bahwa program MBG bukan hanya soal gizi, tapi juga tentang pemberdayaan ekonomi lokal.
"Pemerintah ingin bahan pangan MBG sebanyak mungkin berasal dari petani, peternak, dan UMKM lokal. Ke depan, kami juga akan mendorong agar pedagang kantin bisa ikut terlibat," ujarnya di Pendopo Dipokusumo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun