Program Makan Bergizi Gratis (MBG) membawa angin segar bagi anak sekolah dan pelaku UMKM di Purbalingga. Tapi di balik keberhasilan itu, pedagang kantin sekolah mulai merasakan sepinya pembeli.
"Aku mau olih susu pak karo biskuit enak kwoh," begitu kata Toni, warga Penaruban, sambil menirukan ucapan anaknya yang duduk di bangku SMP di Purbalingga. Ia tersenyum kecil. Bagi Toni, kalimat polos itu menjadi bukti bahwa program Makan Bergizi Gratis (MBG) benar-benar nyata dan dirasakan masyarakat.
Program ini hadir bukan hanya untuk menambah semangat anak-anak dalam belajar, tetapi juga untuk memastikan mereka mendapat asupan gizi yang cukup setiap hari. Namun di lapangan, dampaknya tidak sesederhana itu. Ada banyak cerita yang muncul --- dari pedagang pasar yang kini lebih ramai, hingga kantin sekolah yang mulai sepi.
Gizi untuk Anak, Berkah untuk Pasar
Sejak MBG berjalan, geliat ekonomi di pasar-pasar tradisional Purbalingga mulai terasa. Telur, sayur, tempe, dan bahan pangan lainnya meningkat permintaannya.
"Biasane adol ora mesti entek, saiki iso entek saben dina. Sekolah-sekolah akeh sing pesen bahan kanggo program iki," tutur Siti Maryam, pedagang telur di Pasar Segamas.
Tak hanya pedagang pasar, beberapa pelaku UMKM katering juga ikut kebagian rezeki. Mereka dipercaya menyediakan menu bergizi untuk siswa di berbagai sekolah. "Sekarang pesanan rutin, bahan pun kita beli dari petani sekitar. Jadi semua ikut merasakan manfaat," kata Yuni, pemilik katering rumahan di Kalimanah.
Namun, Kantin Sekolah Jadi Sepi
Di sisi lain, para pedagang kantin sekolah justru mulai merasakan penurunan penjualan.
"Biasane bocah-bocah tuku jajanan, Saiki akeh sing ora tuku maning , wis olih panganan sekang sekolahan," ujar Wati, pedagang kantin di salah satu SMP negeri di kaligondang
Menurutnya, anak-anak kini sudah kenyang dengan makanan dari program MBG. Meski begitu, Wati tidak ingin mengeluh. Ia hanya berharap bisa ikut terlibat dalam penyediaan bahan baku .Â
"nek bisa , aku ya melu ngisi sayure dadi ora nganggur. Aja program kiye marakna kantin kantin dadi pada tutup ," tambahnya.
Langkah Pemerintah dan Harapan Baru
Bupati Purbalingga, Fahmi menyebut bahwa program MBG bukan hanya soal gizi, tapi juga tentang pemberdayaan ekonomi lokal.
"Pemerintah ingin bahan pangan MBG sebanyak mungkin berasal dari petani, peternak, dan UMKM lokal. Ke depan, kami juga akan mendorong agar pedagang kantin bisa ikut terlibat," ujarnya di Pendopo Dipokusumo.