Mohon tunggu...
ruben saragih
ruben saragih Mohon Tunggu... Konsultan - penulis buku, konsultan dan pembicara

saya seorang penulis buku tentang kebahagiaan di tempat kerja, juga sebagai pembicara seminar terkait topik kepemimpinan, manajemen kinerja, motivasi dan bisnis, sekaligus sebagai konsultan bisnis. Pengalaman kerja 25 tahun, dimana 5 tahun terakhir di posisi direksi perusahaan nasional.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Stay Happy in Crisis Time

23 September 2020   11:04 Diperbarui: 23 September 2020   11:18 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Matthieu Ricard, seorang biksu yang digelari 'The Happiest Man on Earth" pernah berkata bahwa sesungguhnya perbedaan antara pemenang dan pecundang sangatlah tipis, yakni dalam hal respon. Tahun 2010, Harvard Business Review dalam penelitiannya terhadap 4700 perusahaan besar di seluruh dunia yang mengalami krisis berkali-kali, menyatakan bahwa mereka yang bisa bertahan bahkan jauh lebih baik dibandingkan pada saat normal, adalah mereka yang berespon positif pada saat krisis terjadi. 

Setelah enam bulan kita mengalami masa-masa terkelam dalam kehidupan ini, bagaimana dengan respon kita? mungkin masih banyak diantara kita yang merindukan dapat kembali ke masa normal sebelum epidemik ini terjadi. Tidak sedikit pula diantara kita yang menantikan situasi ini berlalu dengan rasa cemas, takut, kuatir, marah, sedih dan berbagai perasaaan lainnya. 

Stephen Covey pernah berkata bahwa 10% hal yang terjadi diluar jangkauan kita, namun 90% hal yang terjadi sangat tergantung dengan respon kita. Respon tersebut hanya ditentukan dalam hitungan detik namun akan menentukan perjalanan hidup kita selanjutnya. 

Sejak dua dekade terakhir, berkembang satu gerakan baru dalam organisasi yang dikenal dengan "Happiness at Work". Gerakan ini diawali dengan lahirnya turunan ilmu Psikologi yang baru yakni Psikologi Positif, dimana dalam pengajarannya menyebutkan bahwa manusia dilahirkan untuk bahagia. 

Inilah yang menjadi dasar Google untuk menjadikan kebahagiaan sebagai filosofi baru dalam menjalankan bisnisnya sejak tahun 2000. Hingga saat ini sudah lebih dari 700an perusahaan kelas dunia menunjuk adanya Chief Happiness Officer dalam organisasinya dan menjadikan kebahagiaan di tempat kerja sebagai sebuah strategi baru dalam berbisnis.

Praktek dari para "Happy Company" tersebut menunjukkan, bahwa setiap karyawan yang bahagia akan jauh lebih produktif, jauh lebih kreatif, jauh lebih siap memasuki perubahan, jauh lebih tangguh, jauh lebih bersemangat, jauh lebih banyak sahabatnya dan jauh lebih sehat. Survey membuktikan ketika kita merasa bahagia, akan muncul berbagai ion positif dalam tubuh kita yang membuat imunitas kita meningkat. Hormon Endorfin (mengatasi rasa sakit), hormon Dopamin (semangat dan menambah tenaga), hormon Oksitosin (meningkatkan kasih sayang) dan  hormon Serotonin (kreatif dan inovatif) adalah beberapa hormon yang muncul saat kita berbahagia. 

Hal inilah yang mendorong Patch Adam mendirikan sebuah rumah perawatan di Virginia Barat, Amerika tahun 1971 silam. Rumah ini khusus merawat para pasien yang mengalami penyakit berat dan tidak mampu secara ekonomi. Yang menarik, Patch Adam bersama semua dokter dan perawat yang ada, sama sekali tidak menggunakan sarana medis dalam merawat pasien-pasiennya. 

Mereka hanya menumbuhkan suasana bahagia dengan berbagai kegiatan yang unik. Mulai dari cara berpakaian mereka yang seperti badut, mereka juga menghibur pasien dengan berbagai kegiatan seperti bernyanyi, bermain, bercerita, dan banyak kegiatan lainnya yang membahagiakan pasien. Hasilnya sungguh diluar dugaan, pasien-pasien tersebut perlahan namun pasti mengalami kesembuhan karena mereka memutuskan untuk bahagia.

Bagaimana dengan kita saat ini, bagaimana juga dengan pemimpin dan rekan-rekan kita. Apakah kita mau dan mampu untuk berespon positif terhadap krisis yang terjadi saat ini dengan tetap memutuskan untuk bahagia. Ketika bisnis Alibaba mengalami goncangan akibat wabah SARS yang melanda Cina tahun 2013, Jack Ma justru memilih untuk berespon secara positif. 

Dia merangkul semua anggota manajemen dan karyawan untuk tetap berpikir positif, menjaga kesehatan dan selalu bersemangat. Berbagai kegiatan secara online dilakukan, mulai dari karaoke online, senam online, hingga lomba ide online. Justru pada saat wabah SARS ini terjadi, Alibaba malah menciptakan sejarah dengan mendirikan e-commercenya yang dikenal dengan Taobao.  

Gerakan kebahagiaan di tempat kerja, sebaiknya diawali dari pemimpinnya terlebih dahulu. Setelah pemimpinnya memberi contoh, maka otomatis akan diikuti oleh seluruh karyawannya. Karyawan yang bahagia akan membuat pelanggannya bahagia juga. Maka ujungnya akan tercipta yang namanya "Happy Company". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun