Kelahiran TikTok dimulai di tahun 2014 lalu ketika aplikasi Musical.ly lahir yang target pemakainya adalah kalangan bisnis dan kalangan yang perduli kesehatan.
Di tahun 2016 raksasa teknologi ByteDance meluncurkan aplikasi yang hampir sama dengan nama Douyin. Aplikasi ini cukup popular karena jumlah penggunanya di Cina dan di Thailand mencapai 100 juta orang.
Kesuksesan Douyin membuat ByteDance mulai berpikir untuk memperluas pengaruhnya dengan nama yang berbeda dan dampak yang lebih besar yaitu TikTok.
Pada  tahun 2018 lalu  ByteDance membeli Musical.ly dan meramunya dalam formulasi baru yang menandakan awal ekspansi TikTok ke seluruh dunia.
Rahasia dapur TikTok terletak pada alogaritme yang luar biasa dikombinasikan dengan penggunaan musik. Dengan teknologi ini TikTok dapat mempelajari apa yang disukai oleh penggunanya dengan kecepatan yang mengagumkan melebih aplikasi pesaingnya. TikTok juga memiliki basis data lagu yang sangat besar, mampu melakukan seleksi, mengolah klip movie, bahan mampu memimik lip-sync.
Kemunculan dan ekspansi TikTok yang sangat fenomenal memang tidaklah menyenangkan semua pihak terutama politisi.
TikTok kini dituduh sebagai aplikasi yang membahayakan keamanan negara karena dapat merambah data privasi pengguna dan digunakan oleh pemerintah Cina.
Dengan alasan inilah misalnya Presiden Trump mengeluarkan executive order yang berisikan larangan penggunaan aplikasi TikTok di Amerika mulai pertengahan September mendatang.
Namun argumentasi Trump ini dinilai sangat lemah dan lebih cenderung sebagai bagian dari perang dagang Cina-Amerika yang semakin memanas dan juga ketegangan politik kedua negara setelah merebaknya pandemi Korona. Apalagi dalam argumentasinya Trump menyatakan akan membolehkan TikTok jika perusahaan Amerika yang membelinya.
Data pengguna yang dikumpulkan oleh TikTok juga dilakukan oleh aplikasi dan platform Amerika lainnya seperti Facebook, Twitter, Rediit, Linkedin dll nya.
Data yang dikumpulkan oleh TikTok seperti misalnya jenis video yang ditonton, lokasi data, model smartphone dan sistem operasinya serta ritme ketika penggunakan mengetik  memang dikhawatirkan oleh beberapa negara sebagai bentuk spionase pemerintah Cina.