Jika dianalisa lebih dalam, ketegangan diplomatik kedua negara ini bukanlah datang tiba tiba. Ketegangan ini dimulai dengan pernyataan perang dagang pemerintah Trump setelah sebelumnya Trump memuji muji bahwa pemerintah Tiongkok adalah sahabat Amerika. Perang dagang Tiongkok Amerika memicu serangkaian tindakan saling balas yang belum berakhir sampai saat ini.
Ketegangan perang dagang ini berlanjut dengan  merebaknya pandemi korona yang secara terang terangan Amerika beserta sekutunya menyatakan bahwa Tiongkok sengaja menciptakan virus korona untuk menghancurkan negara barat.
Tiga  peristiwa lainnya yang juga memicu ketegangan kedua negara ini adalah tuduhan tindakan mata mata yang dilakukan oleh Tiongkok, pelanggaran hak azasi etnik minoritas muslim Uighur dan diberlakukannya undang undang keamanan dalam negeri Hongkong yang dituduh membunuh kehidupan demokrasi di Hongkong.
Posisi Trump dalam perpolitikan dalam dan luar negeri memang sedang dalam titik nadir. Â Sebagai contoh pembelaan Trump terhadap Pangeran Arab Saudi dalam peristiwa pembunuhan Jamal Khashoggi di Konsulat Jenderal Arab Saudi di Turki dan juga posisi Amerika dalam pembelaan pembukaan pemukiman baru di wilayah pendudukan Israel dan pemindahan ibukota ke Jerrusalem memang memudarkan politik luar negeri Amerika di mata dunia.
Di dalam negeri Trump banyak mendapat kecaman dari cara dirinya menangani pandemi korona dan juga "tuduhan" Â keberpihakannya pada kelompok White Supremacy membuat popularitas dirinya semakin menurun menjelang pemilihan presiden Desember mendatang.
Banyak kalangan yang berpendapat bahwa ketegangan antara Amerika dan Tiongkok ini memang sengaja diciptakan untuk mengalihkan perhatian rakyat amerika atas semakin menurunnya popularitas Trump.
Trump memang harus hati hati memainkan catur politiknya karena Tiongkok yang saat ini sangat berbeda dengan Tiongkok 30 tahun lalu.  Tiongkok kini merupakan negara dengan kekuatan ekonomi nomor dua di dunia yang berarti bahwa apapun tindakan yang dilakukan oleh Amerika yang merugikan Tiongkok  akan segera dibalas dengan tindakan yang sama.
Data empris memang memperlihatkan dalam perang dagang yang dimaksudkan oleh Trump "menghukum" Tiongkok karena ketidak seimbangan neraca perdagangan yang lebih menguntungkan Tiongkok ini ternyata juga memakan korban petani Amerika  karena Tinogkok  juga mengambil tindakan balasan dengan mengurangi impornya dari Amerika dan mengenakan tarif yang tinggi.
Terkait dengan peristiwa saling menutup konsulat jenderal, menurut hukum internasional Amerika harus membuktikan tuduhannya bahwa benar terjadi tindakan mata mata dan pemalsuan identias Cai Wei. Â Jika Amerika tidak dapat membuktikan maka Amerika akan dipandang dunia melanggar hukum internasional.
Sebagai diplomat senior Cai Wei pastilah sudah tau betul norma dan tata cara  hubungan internasional termasuk dampak pemalsuan identitas jika dia melakukannya karena wajah dan karir diplomatinya sangat mudah dilacak di dunia maya.
Ketegangan diplomatik kedua negeri ini memang harus segera diredakan karena jika berlanjut dalam skala yang lebih besar lagi tentunya akan sangat merugikan kedua negara dengan kekuatan ekonomi terkuat dunia ini.