Mohon tunggu...
Roy Soselisa
Roy Soselisa Mohon Tunggu... Guru - Sinau inggih punika Ndedonga

Sinau inggih punika Ndedonga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bersandar pada Sang Anugerah

23 Oktober 2016   09:28 Diperbarui: 23 Oktober 2016   09:55 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah kesibukannya, Ibu Farida Martarina - Ketua Pengda SOIna Jawa Timur menyempatkan diri untuk menengok kami di Kota Bandung. Dalam kesempatan tersebut, kami berbincang tentang keajaiban Sang Anugerah yang telah terjadi, mulai dari perbincangan tentang pelunasan biaya makan untuk 140 orang selama tiga hari (sebelum keberangkatan) yang tagihannya dibayar dengan menggunakan honorarium yang didapatkan dari menjadi narasumber dalam sebuah workshop (jumlah honorarium yang diterima sama persis dengan jumlah tagihannya, tidak kurang dan tidak lebih), hingga sebuah pengalaman tentang keadaan yang berubah menjadi sangat baik setelah melalui proses terdiskriminasi dan termarginalkan terlebih dahulu.

Tak dipungkiri, bagi saya pribadi, semua yang telah dilewati oleh Kontingen Jawa Timur dalam Peparnas XV hanya karena anugerah. Kami berjalan dari anugerah ke anugerah, dari keadaan yang seolah sedang berjalan sendirian, lalu sebuah kekuatan menghampiri, dan kami pun mulai berani melangkah dengan bersandar pada topangan yang ada. Sebuah sandaran yang tak pernah letih untuk menopang, sebuah sandaran yang mendorong kami untuk terus melangkah, sebuah sandaran yang tak pernah goyah.

Dalam Peparnas kali ini pun, kami tidak hanya mengalami sebuah kompetisi, melainkan juga mendapatkan pelajaran yang berarti dalam kehidupan. Nilai-nilai yang telah kami dapatkan melalui (nilai-nilai) olahraga, boleh kami dapatkan kembali dalam setiap dinamika yang terjadi. Kami diajarkan kembali untuk dapat membangun kecakapan dalam menyikapi segala keadaan yang terjadi. Saat keadaan tidak sesuai dengan yang diharapkan, kami diingatkan untuk tetap dapat membangun penghargaan pada diri sendiri dan menjaga kehormatan diri dengan tidak merengek, mengeluh dan memaki, melainkan melakukan introspeksi dan secara perlahan membangun sikap toleransi—dengan merengek, mengeluh dan memaki hanya akan menunjukan betapa kerdilnya jiwa kita.

Perjuangan jilid pertama telah usai: https://goo.gl/B17rT1, Peparnas pun (tersisa satu hari lagi) telah kami lalui, dan tak lama lagi kami akan melanjutkan perjuangan jilid kedua yang menyangkut kelangsungan pembinaan dan pengembangan olahraga disabilitas pada masa yang akan datang di Provinsi Jawa Timur. Kami optimis terhadap kelangsungan pembinaan dan pengembangan olahraga disabilitas dapat menjadi lebih baik, sama optimisnya (berpandangan baik) saat kami melibatkan akademisi yang mengajar pada jenjang sarjana dan pascasarjana untuk masuk ke dalam kontingen—meski tak ada royalti yang dapat kami beri, malah yang bersangkutan harus tekor karena merogoh kocek sendiri.

Kami optimis dengan melibatkan akademisi, setelahnya akan banyak jiwa-jiwa kerelawanan yang terbangun dalam diri mahasiswa (yang berlatar belakang dari fakultas ilmu keolahragaan) saat mereka mengikuti kelas-kelas mata kuliah Penjas Adaptif dan Olahraga Disabilitas. Dengan tumbuhnya jiwa kerelawanan, harapannya akan makin banyak yang terpanggil untuk bergerak dalam bidang tersebut. Begitu pula halnya dalam karya-karya akademis (skripsi, tesis, dan disertasi), harapannya akan banyak mahasiswa yang terdorong untuk mengambil tema-tema yang terkait dengan olahraga disabilitas, yang tentu nantinya dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi yang berarti bagi kelangsungan pembinaan dan pengembangan olahraga disabilitas.

Menjadi relawan bukan karena mengejar royalti, menjadi relawan karena panggilan hati. Menjadi relawan bukan karena mencari muka, menjadi relawan karena anugerah. Menjadi relawan tak bisa hanya mengandalkan kekuatan manusia, menjadi relawan harus senantiasa bersandar pada Sang Anugerah.

Kota Bandung (Ibis Hotel - Trans Studio), 23 Oktober 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun