Mohon tunggu...
Rosi Dwinugi
Rosi Dwinugi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hi!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Rendahnya Kualitas Pendidikan Indonesia

7 Desember 2022   10:21 Diperbarui: 7 Desember 2022   10:39 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Rendahnya Kualitas Pendidikan Indonesia

Oleh : Rosi Dwinugi Hediani

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas kepribadian bangsa dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu negara. Pendidikan yang menjembatani manusia dalam mengembangkan setiap potensinya dan semua orang berhak mendapatkannya melalui pendidikan. Hal tersebut tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 ayat 1 yang berbunyi "Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan". Pendidikan ini bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai yang tertera dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat.  Kualitas guru, siswa, dan fasilitas sangat berpengaruh dalam mewujudkan generasi yang cerdas. Di indonesia kualitas guru dan siswa masih terbilang rendah. Hal ini sangat berpengaruh kepada kualitas pendidikan Indonesia, karena 2 hal tersebut sangat berhubungan satu sama lain. 

Guru yang berkualitas akan menciptakan siswa yang berkualitas dan cerdas juga. Oleh karena itu dengan adanya permasalahan yang terjadi di dunia pendidikan, selain pemerintah faktor utama dalam perbaikan ini adalah guru. Maka harus meningkatkan kualitas serta kuantitas guru terlebih dahulu untuk menjadikan masa depan pendidikan di Indonesia ke arah yang lebih baik. Setiap negara pasti memiliki cara, strategi, dan sistem yang berbeda dalam mendidik generasi-generasi penerus bangsa. Sistem dan kualitas pendidikan  ini menjadi tolak ukur dalam kemajuan suatu negara. Suatu bangsa akan dianggap maju jika kualitas pendidikannya terbilang bagus. 

Sedangkan saat ini Indonesia kalah bersaing dan tertinggal jauh dari negara lain, bahkan negara tetangga pun seperti Malaysia, Singapura, dan lain-lain sudah memiliki kualitas pendidikan yang sangat bagus dibandingkan negara kita, karena kualitas pendidikan di Indonesia sendiri yang masih terbilang rendah dan sangat memprihatinkan. Hal ini terbukti karena bisa kita lihat dari kualitas guru, murid, sarana dan fasilitas yang masih buruk. Menurut skor PISA (Programme for International Student Assessment) Indonesia menduduki peringkat 71 dari 79 negara. 

PISA ini adalah studi yang mengevaluasi sistem-sistem setiap negara di seluruh dunia. Berbeda dengan Indonesia, negara-negara maju seperti Finlandia, Korea Selatan, dan Jepang merupakan negara yang diakui sebagai sistem pendidikan terbaik. Maka dari itu kita perlu mengetahui apa saja faktor-faktor yang menyebabkan sistem pendidikan dari negara-negara tersebut menjadi sistem pendidikan terbaik, yang sepertinya harus diterapkan di negara Indonesia supaya meningkatkan sistem pendidikan yang bagus serta melahirkan kualitas guru, siswa, SDM (Sumber Daya Manusia) yang baik, generasi yang cerdas dan berkualitas.

Terdapat beberapa faktor yang menjadikan negara-negara tersebut diakui sebagai sistem pendidikan terbaik, dalam sistem pendidikan Finlandia, dilihat dari jam mengajar seorang pendidik sepertinya di Indonesia sendiri harus di kurangi supaya bisa mengembangkan profesinya dan tentunya dibiayai 100 persen dari negara. Standar guru yang cukup tinggi, dimana guru di Finlandia harus memiliki gelar minimal S2 sedangkan di Indonesia minimal lulusan S1. Di Indonesia bahkan kesejahteraan guru masih terbilang rendah, bahkan masih ada pendidik honorer yang digaji 300 ribu rupiah sebulan, namun di Finlandia kesejahteraan  pendidik sangat terjamin serta gaji yang didapatkan sangat tinggi yaitu setara dengan profesi dokter dan pengacara. Ditiadakannya pekerjaan rumah dan ujian yang membebani siswanya. Sebenarnya di Indonesia sudah ada ketetapan tersebut namun belum terealisasikan dengan baik karena terdapat beberapa guru yang masih memberikan pekerjaan rumah kepada siswanya. Guru Finlandia memiliki sistem evaluasi siswa yang berbeda, tidak menurut ujian dan pekerjaan rumah sampai masa remaja. Dalam perhitungan standar Internasional tahun 2001, siswa Finlandia tertarik pada sains seperti membaca dan matematika. Dari segi kurikulum di Korea Selatan, menerapkan kurikulum yang dikembangkan oleh sekolah dengan menyesuaikan karakteristik, lingkungan belajar dan daerah pelajar yang lebih banyak mengajarkan kemandirian, kreativitas dan bersosialisasi dengan lingkungan. Juga diberi kebebasan dalam menambahkan kurikulum lokal dengan menyesuaikan minat, kondisi dan permasalahan di daerah masing-masing seperti pertanian, perikanan, dan teknologi. Sedangkan kurikulum lokal di Indonesia sama sekali tidak ada hubungannya dengan minat dan keinginan siswa, hanya berpatok pada bahasa daerah. Dalam proses pembelajaran berlangsung kita bisa menerapkan dari pendidikan di Jepang, dimana siswa sebelum pembelajaran berlangsung mereka diajarkan sopan santun dalam belajar, tidak mengobrol, siswa-siswanya selalu memperhatikan guru, fokus belajar dan tidak tidur saat pembelajaran berlangsung. 

Tidak heran jika sistem pendidikan di Indonesia ini masih terbilang rendah karena ketika dibandingkan dengan negara-negara maju sangat jauh berbeda. Bisa kita ketahui bahwa hal tersebut terjadi karena di Indonesia masih memiliki beberapa masalah yaitu : 

1.) Sarana dan fasilitas yang rendah. Masih banyak sekolah-sekolah di Indonesia yang kekurangan dari segi sarana dan fasilitas yang ada. Sebagai contoh, banyak gedung sekolah dan ruangan kelas yang sudah tidak layak untuk dilakukannya pembelajaran di berbagai jenjang pendidikan, kepemilikan dan fasilitas yang tidak terpakai, menyebabkan siswa kurang tertarik untuk membaca karena media belajar yang rendah, dan buku-buku perpustakaan tidak lengkap. 

2.) Penyebaran pendidikan yang tidak merata ke seluruh pelosok desa. Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau, suku bangsa yang berbeda, dan kekayaan adat yang berbeda. Inilah yang menjadi cikal bakal tidak meratanya pendidikan, sehingga masyarakat di dalamnya pun kurang diperhatikan. Maka hanya wilayah atau daerah yang dekat dengan pemerintahan baik itu pemerintah pusat maupun daerah, yang diperhatikan pendidikannya. Sedangkan daerah-daerah terpencil kurang diperhatikan atau diabaikan, bahkan setiap tahun sebanyak 1,5 juta anak mengalami putus sekolah karena tidak memiliki akses pendidikan. Memang pemerintahan berjanji untuk memperhatikan dan meningkatkan kualitas pendidikan terutama daerah-daerah terpencil atau pelosok desa, akan tetapi itu hanyalah omong kosong semata. Pada kenyataannya masih banyak sarana dan fasilitas yang tidak layak dalam pembelajaran di sekolah daerah terpencil. 

3.) Biaya yang cukup mahal. Bagi masyarakat yang tidak berkecukupan sangat sulit untuk mendapatkan pendidikan di Indonesia. Mengingat banyaknya mayoritas penduduk Indonesia yang bahkan putus sekolah karena terkendala biaya. Memang untuk menginginkan pendidikan yang bagus dan berkualitas rata-rata biayanya mahal dan tidak gratis. Lalu permasalahannya siapa yang wajib membayarnya? Tentu saja kewajiban dari pemerintah yang seharusnya menjamin setiap warga negara mendapatkan pendidikan dan menjamin akses masyarakat kelas bawah terhadap pendidikan yang berkualitas. Akan tetapi pada kenyataannya pemerintah kita menghindar dari kewajiban tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun