Mohon tunggu...
Rosidin Karidi
Rosidin Karidi Mohon Tunggu... Human Resources - Orang Biasa

Dunia ini terlalu luas untuk ku. Menjadikan sadar semakin sedikit yang ku tahu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menapak Jejak Wahyu Pertama di Gua Hira

22 November 2016   16:10 Diperbarui: 22 November 2016   19:13 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Goa Hira | dokumen pribadi

Batas kaki bukit itu tinggal seratus meter. Namun mobil ini sudah tak sanggup lagi menanjak. Mesin mendadak mati dan bodi telah miring. Satu roda belakang tidak lagi sentuh jalan. Struktur aspal tidak lagi rata.

Untunglah sigap sang sopir kendalikan kendaraan itu. Rem tangan dan kaki langsung dimainkan. Jika tidak bisa saja mobil oleng dan terbalik. Atau minimal hantam kendaraan di belakang.

Kami berenam berhambur keluar. Kurangi beban dan bantu pak sopir kendalikan mobil cari tempat parkir. Perkara parkir menjadi tidak mudah, bukan saja karena jalanan sempit, penduduk setempat pun parkir kendaraan di tepi jalan.

Gua Hira, itulah tujuan kami. Lebih tepat disebut celah dibalik Jabal Nur, sebuah bukit tidak jauh dari Kota Mekah. Cukup untuk istirahat hingga lima orang di dalam. Tempat Rasulullah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama kali dari Allah SWT melalui perantara malaikat Jibril.

Pagi itu, jam belum sentuh angka empat. Ikuti saran para pendahulu pengunjung Gua Hira, sengaja berangkat sebelum itu. Terik tidak menyengat hingga saat turun nanti.

Sejak pinggiran kota Mekah, jalan mulai menyempit. Susuri jalan kawasan padat penduduk, di tengah keramaian pengunjung. Sebagian naik mobil dan ada rombongan berjalan kaki. Deretan toko kelontong di kaki bukit, sediakan bekal makanan dan minuman bagi pengunjung.

Malam jelang fajar itu, sepenggal rembulan berbalut awan tipis masih memancarkan cahaya. Puncak Jabal Nur tampak samar menjulang. Batu cadas nan terjal jadi hiasan. Cahaya lampu kota merona memancar menambah jelas raut Jabal Nur.

Langkah demi langkah peziarah, termasuk kami, menapak anak tangga batuan. Terdengar lembut alunan tauhid diantara sebagian mereka. Napas terengah menjadi irama dalam istirahat. Fokus pada langkah, kehati-hatian ditengah minimnya cahaya.

(7 Hal ini Bisa Ditemui Saat Mendaki ke Gua Hira)

Mencapai puncak Jabal Nur bisa ditempuh 30 menit dalam kondisi normal. Sementara untuk lansia disarankan perbanyak istirahat. Sudut curam setiap tanjakan akan menguras tenaga dan perpendek napas. Perbekal air minum dan makanan ringan, cukup membantu.

Beberapa ruas jalur jelang puncak, dilengkapi fasilitas pegangan tangan. Kekhawatiran longsor bongkahan batu, menghantui hatiku. Beberapa bagian terlihat tidak kokoh menopang bongkahan batu di atasnya.

Saat di puncak, kita bisa lihat kota Mekah hampir utuh. Masjidil Haram beserta Tower Zamzam jadi hiasan dominan di tengah kota. Sisi timur nampak bukit tak berpenghuni. Sementara sisi barat dataran luas penuh bangunan penduduk. Dari puncak ini, kita bisa melihat Gua Hira dengan jelas di bawah.

(Begini Keindahan Puncak Jabal Nur Saat Fajar)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun