Mohon tunggu...
Pendidikan

Media Alat Globalisasi Budaya

11 Desember 2018   21:02 Diperbarui: 11 Desember 2018   21:20 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Contraflow suatu pergerakan budaya dari budaya awal kepada budaya baru yang dibawa oleh sebuah subjek yang bergerak dan bisa mempengaruhi masyarakat. Globalisasi media Barat telah menjadi pengaruh utama dalam pembentukan budaya media internasional. Sementara ada kekuatan untuk konvergensi dan homogenisasi, penyebaran model profesional AS, komersial televisi juga membawa perubahan menguntungkan bagi sebagian nasional dan regional industri media, yang mengarah pada kebangkitan nasionalisme budaya. Ketersediaan teknologi digital dan jaringan satelit telah memungkinkan pengembangan penyiaran regional, seperti dengan Timur Tengah pan-Arab Broadcasting Center (MBC) dan saluran Mandarin berbahasa Mandarin, yang melayani diaspora Cina.

Dari sini masih sangat banyak pada awalnya negara-negara yang masih kental akan nasionalismenya, kemudian perlahan-lahan satu per satu negara pun mulai luntur karena hadirnya media-media yang mempengaruhi kekentalan nasionalisme itu. dahulu kekentalan nasionalisme itu kuat dan ditandai dengan homogennya setiap isi dari media yang ditampilkan untuk masyarakat. 

Ini juga memungkinkan peningkatan aliran konten dari global Selatan ke Utara, misalnya, Brasil raksasa televisi TV Globo, yang mengekspor telenovelanya ke lebih dari 100 negara, sedangkan industri film India adalah contoh dari non-Barat pusat produksi membuat kehadirannya terasa dalam konteks budaya global. Melihat dunia besar di layar kecil Dengan perkembangan tahun 1990an, televisi telah mendominasi pemandangan media di hampir setiap bagian dunia dan ikon-ikon televisi global semacam itu seperti CNN dan MTV sudah ada di mana-mana. Peran televisi di Indonesia konstruksi identitas sosial dan budaya sekarang jauh lebih kompleks daripada di era penyiar nasional tunggal dan ruang publik bersama, yang ditandai televisi di sebagian besar negara di tahun-tahun pasca-perang. Meskipun penyiar nasional terus menjadi penting di sebagian besar negara, masih menerima pangsa pemirsa tertinggi, ketersediaan segudang televisi.

Namun saat ini televisi nasional maupun nasional memilih untuk memprioritaskan pilihan dari pemirsanya, yaitu kebutuhan rating yang berujung bisnis. Inilah yang kemudian menjadi kepentingan bagi industri media, bagaimana media berlomba-lomba untuk mengisi medianya dengan tampilan-tampilan yang bisa menghibur pemirsanya sehingga keuntungan mereka pun semakain meluap. Sebagian besar media sangat antusias menampilkan beragam budaya yang ada di dunia dengan harapan yang berbeda pada setiap pemirsanya. Adapula sebagian media yang menampilkan kebutuhan pemirsanya dengan tidak mengenyampingkan isi yang pasti mengedukasi bagi pemirsanya. Namun tak sedikit yang menggunakan isi-isi nasionalis yang kemdian hanya dijual untuk menutupi kedok kepentingan industri media.

saluran telah mempersulit wacana nasional. Dalam multi-channel era, pemirsa dapat memiliki akses simultan ke berbagai lokal, regional, saluran nasional, dan internasional, sehingga mampu terlibat dalam berbagai hal tingkat wacana yang dimediasi. Di Rusia, misalnya, sejak akhir Perang Dingin, televisi global telah membantu mempromosikan budaya konsumerisme Barat. Rahasia kesuksesan dari televisi Rusia yang diprivatisasi baru, kata sebuah laporan UNESCO baru-baru ini, 'adalah a campuran opera sabun Amerika dan Amerika Latin, game yang terinspirasi oleh saluran di Barat, acara bincang-bincang dan kadang-kadang buletin berita sensasional (UNESCO, 1997: 178). Di ujung dunia lainnya, orang Australia Broadcasting Corporation memberikan pinjaman dan dukungan teknis ke pulau itu negara-negara di kawasan Pasifik untuk memastikan bahwa mereka dapat mengunduh TV mereka sinyal dan retransmisi program Australia dan produk Australia (Varan, 1999).

Media saat ini bisa menjadi sumber informasi bagi kita, namun kita harus tetap menganalisis secara jelas, jangan sampai kita hanya menerima informasi itu secara gamblang tanpa menganalisis benar atau tidaknya terlebih dahulu. Jadilah masyarakat yang bisa bermedia dengan baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun