Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Kegagalan Orang Lain

3 Februari 2022   04:43 Diperbarui: 3 Februari 2022   19:58 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi :https://indobubbletea.blog/

Agar jangan sampai terjadi atas diri kita

Menceritakan kegagalan orang lain tentu bukan untuk dijadikan bahan lelucon melainkan untuk memetik  hikmahnya. 

Seorang teman,  yang sama sama profesi bisnis  dengan kami, sebut saya Aris (bukan nama sebenarnya). Dia sudah berhasil dengan mendapatkan izin export kopi. Pada masa tersebut hanya perusahaan yang telah  punya izin baru boleh mengexport kopi kenegara lain  yang dikenal dengan istilah "A.P.E " singkatan dari "Angka Pengenal Ekspor"  Untuk dapat mengekspor Kulit Manis harus memiliki izin sebagai Aproved Trader Cassia. 

Suatu hari  Aris  berbincang bincang dengan suami tentang rencana untuk menjual izin  tersebut. Ada yang ingin membeli hak izin dengan nilai 400 juta rupiah Nilai yang pada tahun 80 an lumayan besar  

Menurut Aris  kalau 425 juta baru dia mau melepas izin tersebut. Beberapa hari kemudian ada yang serius menawar 425 juta  tapi ia mundur lagi dengan nilai 450 juta. 

Suami sudah menasihati supaya Aris  melepaskan saja karena nilai 425 juta itu sudah cukup bagus. Tapi Aris berubah pikiran dan  berkata "Kalau tidak 450 juta dia tidak mau melepaskan izin tersebut"  Karena suami memang tidak ada kepentingan tentang urusan tersebut hanya bisa  mengiyakan saja 

Dua hari kemudian terbit peraturan baru dimana dinyatakan bahwa "Kopi bebas diexport oleh semua Perusahaan kopi tanpa izin." 

Membaca hal tersebut Aris pingsan karena izin export kopi yang dimiliki kini tidak berarti apa apa lagi. Setelah beberapa bulan kemudian kami mendengar Aris kena stroke dan akhirnya meninggal.

Teman kami yang lain lagi  Lukman,  bukan nama sebenarnya .Berasal dari keluarga berada tapi entah mengapa dia hanya menjadi penjual es. Kemudian oleh teman kami yang membantu suami untuk jadi pedagang membantu dia juga. 

Tetapi sifat orang ternyata bisa berubah total kalau menyangkut masalah uang. Setelah berhasil sebagai Eksportir Lukman menjadi sombong dan lupa diri.  Bicaranya melambung tinggi 

Karena kesombongan Lukman, ia dijauhi teman teman sesama mitra bisnis. Tidak bisa bertahan lama, akhirnya dia bangkrut dan pindah ke Jakarta. Di Jakarta menurut Lukman dia mengelola taksi. Ketika kami ke Jakarta dan memanggil taxi kebetulan disopiri Lukman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun