Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jalan Hidup Tidak Selalu Datar

8 Mei 2020   04:36 Diperbarui: 8 Mei 2020   04:51 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adakalanya harus melalui jalan  curam dan terjal

Dalam perjalanan hidup ,tentu setiap orang berharap bahwa semuanya akan berjalan lancar ,tanpa menemui hambatan yang berarti. 

Tetapi suatu waktu pasti orang akan menghadapi kenyataan, bahwa harapan tidak selalu menjadi kenyataan.Bahkan bisa jadi yang terjadi justru sebaliknya ,yakni menghadapi jalan curam dan terjal serta berbahaya. 

Setiap orang pasti akan melalui kehidupan yang berat,walaupun berbeda beda kondisiny. Maka setiap orang tidak perlu malu kalau dirinya dalam proses kehidupan tersebut,karena setiap orang yang  berusaha untuk mencapai cita cita hidupnya, suka atau tidak suka akan melalui hal ini untuk mencapai cita cita hidupnya.

Hal ini sangat penting untuk dipahami,agar jangan sampai menyudutkan kita dalam keputusasaan ,seakan akan hanya diri kita yang paling malang di dunia ini

Berbagi sepotong pengalaman hidup

Kami dulu juga mengalami hal demikian tersebut. Begitu menikah,rasa hati melambung tinggi,sarat dengan mimpi mimpi indah,bahwa hidup kami akan selalu mulus dan lancar .Untuk meraih impian kami mula mula ke Medan di mana suami dagang antara Medan dan Padang B  awa makanan kaleng dari Padang dan bonbon  permen dari Medan. 

Tapi ternyata angan angan ingin menjadi pedagang dalam waktu singkat kandas.,karena suami tidak pengalaman .Semua modal habis,bahkan seluruh perhiasan yang saya gunakan ,dengan ikhlas saya copot untuk melunasi hutang hutang .

Untuk menyambung hidup  kami kerja di pabrik karet . Tapi dua tahun kerja disini,hasilnya nol besar,bahkan hampir saja saya kehilangan suami karena dua kali terserang malaria,karena perumahan buruh terletak dipinggiran hutan.  

Dan dengan menahan rasa malu,karena gagal merantau, kami kembali ke Padang dan jualan dipasar Tanah Kongsi, yakni jual kelapa parut . Rasanya sangat tidak tega menyaksikan suami kerja keras hanya untuk dapat upah 5 rupiah per butir kelapa parut.

Tapi kami harus mampu bertahan,apalagi putera pertama  kami sudah lahir. Baru 7 tahun kemudian nasib kami berubah ,Tentu saja,kami sangat bersyukur dapat keluar dari kehidupan yang keras dan sangat menyakitkan dikemudian hari,kami masih alami pasang surutnya perjalanan hidup,yang terlalu panjang untuk diceritakan disiini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun