Culture Shock tidak hanya terjadi di Luar Negeri
Pada awal kami berkunjung ke Australia di tahun 1998, yang merupakan perjalanan gratis bagi saya dan suami,atas pencapaian selama bekerja sebagai Financial Consultant di salah satu perusahaan ,saya tidak merasakan adanya semacam Culture Shcok.
Hal ini disebabkan,kami berada dalam rombongan dan sejak mulai dari keberangkatan,hingga penjemputan di bandara, serta akomodasi,semuanya sudah ada yang mengatur.Â
Jadi saya dan suami,serta teman teman yang ikut dalam rombongan ,cuma perlu bawa koper berisi pakaian dan Paspor,yang lainnya semua biaya ditanggung oleh perusahaan.Â
Baru Terasa Ketika Mulai Tinggal di Australia
Pada awal kami mulai menetap di Australia dan tinggal bersama putri kami,suatu waktu kami diundang pada pesta perpisahan dari teman putri kami Karena diajak,maka kami juga ikut hadir dan membawa Kado untuk yang akan berangkat.
Ketika acara makan malam tiba ,putri kami mengatakan mama mau pesan makanan apa? Karena kita harus membayar sendiri apa yang kita pesan dan  tidak dibayar oleh yang mengundang.
Tentu saja kami kaget mendengar nya,karena kita datang untuk memberi selamat dengan kado perpisahan ,ternyata kita harus membayar apa yang kita pesan untuk kita makan hal ini kalau di negeri kita sangatlah aneh dan tidak pernah terjadi.
Saat itu adalah pertama kalinya saya merasakan,apa yang disebut sebagai Culture Shock. Karena terasa aneh,kado diterima ,tapi makan dan minum ,kita yang harus membayar masing masing.
Walaupun pada awalnya,kami belum dapat menerima kondisi seperti ini dengan sepenuh hati,tapi tidak mungkin kami langsung mengisolasi diri di negeri orang,Â
Butuh waktu,bagi kami untuk bisa belajar menerima perbedaaan tradisi tersebut. Karena kita tidak mungkin bisa mengubah apa yang sudah mendarah daging bagi orang lain,maka kita harus mau menerima kenyataan bahwa memang begitulah ,beda bangsa beda pula tradisi dan budayanya