Mohon tunggu...
Rosatania Dyah Pramesti
Rosatania Dyah Pramesti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penulis Berita

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Balik Boneka Jalanan yang Menghibur, Ada Hati yang Hancur

2 Desember 2022   02:40 Diperbarui: 2 Desember 2022   03:19 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Boneka Jalanan di Colomadu, Solo (sumber: dokumen penulis)

“Tak perlu banyak pangkat untuk menjadi pahlawan”. Kehidupan di dunia layaknya roda yang berputar, terkadang membuat nasib manusia menjadi suka dan duka. Dibalik kostum boneka yang terlihat ceria, ternyata ada hati seorang ayah yang terluka, seperti halnya Bibit Mulyanto (50) sosok ayah yang bekerja keras dan menghalalkan segala cara untuk menghidupi keluarga sehingga disebut sebagai pahlawan keluarga.

Kehidupan Bibit sebelumnya merupakan seorang pengusaha es teh, kurang lebih sudah 10 tahun berjualan di depan SMP Al-Azhar Solo dan didampingi istrinya yang sekaligus jualan jagung rebus. Meskipun harus bagi hasil dengan pemilik tempat (sekitar 50ribu/hari), namun menurut Bibit penghasilan es teh terbilang lumayan. Bahkan ada tiga mahasiswa ikut bekerja menjadi karyawan karena alasan untuk menambah biaya kuliah. Bibit menugaskan mereka berjualan di suatu event-event, kemudian mereka akan menyerahkan hasil kepada Bibit.

Takdir berkata lain, semenjak Covid-19 melanda selama 2 tahun usaha Bibit pun bangkrut. Karyawan diberhentikan secara terpaksa. Menurut Bibit, bangkrut bukan berarti segalanya sudah berakhir. Musibah yang menimpanya tidak membuat Bibit putus asa. Semangat juang terus bergejolak demi keluarga, akhirnya ia memutuskan bekerja sebagai boneka penghibur jalanan. Profesi ini menjadi salah satu jalan untuk lepas dari kesulitan ekonomi setelah bangkrut. Semenjak itu istrinya juga berhenti jualan karena tidak ada modal dan memutuskan untuk di rumah saja menjaga anaknya yang masih Sekolah Dasar (SD).

Awal mulanya Bibit bergabung suatu komunitas bernama Solo Kreatif untuk mendapatkan kabar tentang event yang cocok didatangi. Salah satunya adalah acara Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Colomadu, Solo. Kostum boneka yang dipakai ternyata harus sewa sendiri. Di sisi lain Bibit juga tidak memiliki kendaraan pribadi, sehingga ia harus naik bus Batik Solo Trans dengan menempuh jarak 20 kilometer dari rumahnya.

Sepanjang jalan Colomadu ia bergoyang atau melambaikan tangan untuk menghibur sekitar, dengan membawa ember kecil sebagai tempat uang. Hasilnya memang tidak menentu kadang sedikit kadang banyak, karena sama halnya dengan pengamen harus meminta-minta terlebih dahulu. Jika dibandingkan dengan usaha es teh memang sangat jauh, hasil dari boneka sangat terbatas untuk kebutuhan keluarga setidaknya cukup untuk makan sehari-hari.

Meskipun berat rasanya, Bibit tidak pernah mengeluh dengan pekerjaannya sekarang. Namun ada satu hal yang ia khawatirkan yaitu ketika anaknya tau profesi ayahnya “Saya tidak ingin anak saya tau kalo pekerjaan bapaknya yang sekarang jadi boneka jalanan, saya tidak tega, kasihan anak saya”, ujar Bibit sambil berlinang air mata teringat keluarga di rumah. Tak lupa ia memberi pesan kepada semua orang agar terus semangat dan sabar dalam menjalani lika-liku kehidupan karena semua pasti ada jalan keluar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun