Awalnya saya tidak sengaja untuk menulis di Blog Kompasiana. Hal ini berawal dari sebuah tugas di kampus yang mengharuskan setiap mahasiswanya untuk menulis sebuah artikel di Kompasiana.
Saya tidak paham bagaimana caranya bisa memiliki akun di Kompasiana, setelah tanya sana-sini akhirnya sayapun memiliki akun Kompasiana dengan nama Ropiyadi ALBA.
Sebenarnya nama saya hanya satu kata (Ropiyadi), karena dalam pendaftaran harus dua kata, maka saya pilih kata ALBA, akronim dari Anak Lubang Buaya Asli. Lubang Buaya adalah sebuah nama tempat kelahiran saya yang berada di pinggiran Jakarta, yang nama tersebut sering disebut dalam pelajaran sejarah sejak saya SD khususnya dalam BAB pemberontakan PKI tahun 1965.
Akhirnya saya mulai menulis pada 3 Agustus 2019. Kebetulan sehari sebelumnya telah terjadi peristiwa gempa bumi yang diiringi tsunami di daerah Pandeglang-Banten, akhirnya saya putuskan judul tulisan pertama saya tentang "membaca Hikmah di balik Gempa".
Saya masih belum begitu paham tentang tata cara menulis di Kompasiana termasuk syarat dan ketentuan yang berlaku. Beberapa gambar ilustrasi yang saya tempel sering tidak muncul, justru yang muncul adalah pemberitahuan kalau saya harus menuliskan sumber gambar tersebut.
Setelah saya baca-baca akhirnya saya mengetahui bagaimana caranya menuliskan sumber gambar, yaitu dengan menekan tanda "i" pada gambar lalu menuliskan sumbernya dan update.
Kejadian terakhir - sekitar dua minggu yang lalu-saya mendapatkan peringatan dari moderator/admin Kompasiana dan ada dua tulisan saya yang dihapus karena diduga menjiplak tulisan orang lain tanpa menuliskan sumbernya. Sebenarnya memang berawal dari ketidaktahuan saya tentang teknik menulis di Kompasiana dan teknik menuliskan tautan atau sumbernya.
Beberapa saat saya berpikir, apakah perlu saya kurangi frekuensi menulis saya menjadi sebulan sekali atau bahkan tiga bulan sekali agar meminimalisir kesalahan.
Tetapi saya teringat pesan orang-orang bijak bahwa kita harus belajar dari anak kecil. Tidak ada anak kecil yang sedang belajar berjalan lalu terjatuh lantas ia kapok tidak mau belajar berjalan lagi, justru ia terus belajar dan belajar sampai akhirnya ia dapat berlari.
Sejak itu saya semakin meningkatkan frekuensi menulis saya, walaupun saya masih merasa sedih karena tulisan saya masih jarang yang masuk kategori Pilihan apalagi Artikel Utama.
Sejujurnya saya masih belum paham bagaimana caranya agar tulisan saya masuk kategori Pilihan atau artikel utama dan banyak di baca orang serta mendapat penilaian dan komentar dari para blogger atau kompasianer.