Mohon tunggu...
Ropiyadi ALBA
Ropiyadi ALBA Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pendidik di SMA Putra Bangsa Depok-Jawa Barat dan Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan MIPA Universitas Indra Prasta Jakarta

Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat, membaca dan menulis untuk pengembangan potensi diri dan kebaikan ummat manusia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keluarga, Awal dari Pembangunan Karakter Anak

3 Desember 2019   17:53 Diperbarui: 3 Desember 2019   18:03 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada sebuah ungkapan:" Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anak". Dari ungkapan ini dapat dimaknai bahwa peran ibu merupakan utama dan pertama dalam membangun karakter seorang anak. 

Sebelum seorang anak menginjak usia sekolah, maka diperlukan peran kedua orang tuanya dalam mempersiapkan kematangan perkembangan psikologi anak sejak dini. Sejak dini seorang anak butuh perhatian dan perlindungan yang utuh dari kedua orang tuanya agar ia memiliki bekal yang cukup dalam membentuk kematangan emosionalnya di kemudian hari.

Kesalahan yang sering terjadi adalah seolah-olah peran orang tua hanyalah memberi nafkah dan memenuhi kebutuhan hidup para putra-putrinya, sedangkan kebutuhan pendidikan dan perkembangan intelektual seorang anak diserahkan dan dipercayakan ke satuan pendidikan atau sekolah.

Padahal berhasilnya pendidikan seorang anak sangat ditentukan oleh kerjasama antara peran orang tua dan sekolah. Orang tua, baik ayah ataupun ibu mempunyai peran yang sama besar dan bertanggung jawab dalam kesinambungan perkembangan jiwa dan kematangan emosional seorang anak sejak di rumah. Seharusnya orang tua adalah orang pertama yang mengetahui permasalahan anaknya sekaligus memberi solusi atau teman bicara di kala mereka sedang menghadapi problem.

Orang tua tidak hanya berperan sebagai fasilitator, yang memfasilitasi dan memenuhi segala macam kebuhan hidup anaknya. Namun orang tua juga berperan sebagai katalisator yang dapat memacu dan merangsang pertumbuhan dan perkembangan anaknya.

Seorang anak ibarat sebuah benih. Apabila benih tersebut ditanam di tanah yang baik, disirami secara teratur, dan dijaga dari gangguan segala macam hama penyakit, maka ia akan tumbuh menjadi pohon yang baik. Ia akan memiliki akar yang menghujam ke dalam tanah, dan dahannya menjulang tinggi, yang pada waktunya pohon tersebut akan menghasilkan buah yang lebat dan menggembirakan sang penanamnya.

Tanah yang baik adalah perlambang dari keluarga yang harmonis dan utuh. Pemupukan, penyiraman, dan pembasmian serangga adalah perlambang dari pola asah, asih, dan asuh dalam keluarga. Pohon yang baik adalah perlambang seorang anak yang telah berhasil menjadi anak yang sukses, yang menggembirakan hati kedua orang tuanya karena pancaran akhlaq yang mulia dan membawa keberkahan bagi lingkungannya khususnya keluarga.

Semoga kita semua dikarunia Allah S.W.T kekuatan sehingga dapat membentuk keluarga yang harmonis dan melahirkan anak-anak yang berbudi pekerti mulia, yang sukses dalam hidup dan kehidupannya kelak dan bermanfaat bagi banyak orang. Aamiin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun