Mohon tunggu...
Rooy Salamony
Rooy Salamony Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Saya pelayan masyarakat rooy-salamony.blogg.spot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menikmati Panekuk di Dijans resto

4 November 2012   14:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:59 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang ini saya membawa kedua anak saya, Andry dan Fila kembali menyusuri jalan Kemang. Semua kenangan datang kembali.Kenangan tentang jalan yang selalu ramai hingga subuh. Penjual gorengan di pojok lampu merah yang selalu dipenuhi pembeli. Cafe di sepanjang jalan yang ramai dikunjungi pada malam minggu. Juga suasana pagi yang teduh di hari libur.

Kami sebenarnya tidak tinggal di Kemang. Kami dulu tinggal di sebuah rumah kontrakan di jalan Ampera Raya. Ujung bagian barat dan selatan dari jalan Amperaterhubung ke kawasan Kemang. Itulah sebabnya, kami dapat mengakses kawasan ini dengan jalan kaki di pagi hari. Bagi kami sekeluarga, tempat mennikmati hiburan yang paling mudah adalah Kemang. Di sana ada restoran sunda yang terkenal. Ada mini market super lengkap. Juga ada toko buku yang menyediakan bacaan yang tidak dijual di toko buku umum.

Tapi siang ini, saya dan kedua anak saya singgah di Dijans resto. Sebuah resto rumahan di ujung jalan Kemang yang terhubung ke jalan Ampera Raya. Saya sudah beerjanji pada anak-anak untuk membawa mereka ke sana. Ini tempat favorit saya dan istri saya. Meski tidak setiap waktu kami ke Dijans. Ketika kami rindu kampung halaman dan rindu Penekuk, Dijans-lah tujuan kami.

Kami berhenti di parkiran. Andry, anak saya yang sulung menolak masuk. Ia lebih senang menunggu di luar. Jadi saya dan Fila, anak perempuan saya satu-satunya, masuk. Suasana Dijans siang ini lenggang. Hanya ada manajer, koki, pramusaji, dan sepasang suami istri. Kami masuk dan duduk di tempat dimana saya dan istri saya biasa duduk, meja di depan pintu teras belakang. Pramusaji mendekati kami dan memberikan buku menu. Anak perempuan saya membacanya dan tersenyum. “Bingung milihnya,”katanya. “Udah ikut Papa saja,”saya meyakinkan. Ia mengangguk setuju.

Kami memesan penekuk ukuran besar dan minuman segar. Tidak lama, pesanan tiba. Kami berdua menikmatinya. Saya melihat sekeliling. Dekorasi ruangan masih sama seperti dulu. Meja saji di bagian tengah, merapat ke tembok sebelah timur. Sebuah piano besar tepat di depan meja saji. Lukisan gaya Hindia Belanda. Juga tata ruangan yang mengingatkan kita pada sebuah masa yang pernah ada sebelum adanya Indonesia modern.

Dijans memang menyediakan nuansa Belanda. Termasuk dalam hal menu. Nama lengkap resto ini adalah Dijan’s Pannekoeken & Poffertjes. Para penikmat penekuk dan poferces akan menemukan surga mereka disini. Ada pula menu lain seperti steak, soup dan segala minuman ala Eropa. Tapi bagi saya, pilihan utama ada pada namanya.

Selesai makan, saya menghampiri meja kasir. Membayar dan mengambil pesanan Andry. Sama. Penekuk juga. “Kami sekarang buka cabang di Puncak, Pak,”sang Manajer memberi informasi. “Oh, ya?”, saya kagum. “Iya, tapi kami menawarkan sesuatu yang baru,”matanya berbinar. “Apa itu?,”saya ingin tahu.

“Kami masih tampil dalam nuansa Belanda. Tetapi karena Chef-nya dari Australia, akan ada cita rasa Australia-Amerika juga disana. Berkunjunglah ke sana, Pak,”sang Manajer memberi tawaran. “Oke, saya gak janji. Tapi jika ke Puncak....saya akan mampir,” saya tersenyum.

Saya menengok souvenir gaya Belanda yang terletak di lemari kaca di samping meja kasir. “Bapak Ibu tadi mesan ruangan buat meeting?”, saya teringat pasangan suami istri yang berbicara dengan sang Manajer saat kami masuk. “Bukan Pak. Mereka pesan tempat untuk family gathering. Acaranya bulan Pebruari. Mereka sudah memesan sekarang,”jawab sang Manajer. “Oke.....terima kasih,” saya tidak menanggapi jawabannya. Saya pamit keluar, menggandeng tangan putri saya diikuti anggukan ramah sang Manajer.

Dijans adalah tempat makan yang asri dan menyenangkan. Harga menu yang ditawarkan juga murah. Bahkan terlalu murah untuk sensasi dan taste yang disediakan.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun