Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Hoaks 7 Kontainer Surat Suara, Kubu 02 Merasa Akan Kalah?

13 April 2019   05:30 Diperbarui: 13 April 2019   05:34 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Debat Capres Pertama (Kompas.com)

Fadli Zon bahkan berkomentar sebaiknya KPU tidak menggunakan server dan hitung manual. Sejauh pengetahuan saya, KPU masih menggunakan metode perhitungan manual berjenjang yang dimulai dari TPS sampai dengan tingkat nasional. Komputer hanya digunakan untuk mempermudah tabulasi.

Sehingga seharusnya tidak ada data yang bisa diatur untuk kemenangan siapa. Perhitungan berjenjang KPU juga selalu dikawal oleh saksi kedua paslon. Ditambah juga para wakil paslon bisa protes jika ada perhitungan yang dianggap tidak sesuai.

Dua orang tersangka sudah ditangkap karena diduga sebagai penyebar hoaks server KPU.

Amien Rais Mengancam KPU

Amien mengancam akan melakukan perang politik dan mendoakan KPU dilaknat bila melakukan kecurangan dalam pemilu.  Jika sebaliknya, Amien mendoakan KPU mendapatkan kebaikan dan hidayah. Ini terjadi ketika Amien Rais beraudiensi dengan KPU dalam demo Forum Umat Islam pada Jumat 1/3/2019. Malah pada saat itu Amien juga mengatakan bahwa kecurangan ini sudah terlihat sejak 6 bulan yang lalu.

Pada apel siaga 313, Minggu 31 Maret 2019, Amien kembali mengancam KPU dan akan menggunakan people power jika KPU membiarkan kecurangan terjadi. Rekam jejak ancaman Amien Rais kepada KPU ini sebenarnya sudah terlihat sejak Januari 2019 di mana pada diskusi Refleksi Malari, Ganti Nakhoda Negeri? (15 Jan 2019). Amien mengatakan akan menggempur KPU jika terbukti berbuat curang.

Apa yang Terjadi?

Mengamati narasi-narasi ini sebenarnya sudah terlihat ada usaha untuk mendeligitimasi penyelenggara pemilu yaitu KPU. Sebuah lembaga independen yang dibentuk untuk menyelenggarakan pemilu. Alias menghancurkan kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggara pemilu sehingga pemilu akan bisa dipersepsikan gagal.

Ditambah dengan beberapa tagar di Twitter yang bertujuan untuk memanggil pemantau asing. Belum lagi ada pernyataan dari kubu 02 yang mengatakan hanya kalah kalau dicurangi. Terlihat sangat jelas bahwa adanya usaha untuk menghancurkan legitimasi pemilu.

Upaya untuk mendeligitimasi pemilu ini,  apakah curahan hati kubu 02 yang merasa sudah kalah sebelum pencoblosan?

Padahal survei internal BPN mengatakan bahwa Prabowo Sandi sudah berhasil mendapat elektabilitas 62 persen per 8 April 2019. Mengapa masih harus takut kalah?

Hampir mustahil untuk mencurangi elektabilitas setinggi itu.

Salam

Hanya Sekadar Berpikir

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun