Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ego, Jalan Menuju Sukses atau Kegagalan?

10 Mei 2017   06:53 Diperbarui: 10 Mei 2017   18:15 2870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Psychologytoday.Com)

Ego menurut KBBI Online artinya adalah,  1 aku; diri pribadi; 2 rasa sadar akan diri sendiri; 3 konsepsi individu tentang dirinya sendiri.

The Ego adalah bahasa latin untuk kata Aku (I), menurut wikipedia. Dalam model struktur kejiwaan Sigmund Freud, ego adalah salah satu dari tiga bagian dari "Psychic Apparatus".

Ego, menurut pendapat saya adalah suatu bagian dari jiwa dan pikiran yang mencerminkan keinginan kita untuk bisa diakui oleh orang lain.

Ego, sangat penting untuk bisa menjadi sukses. Ego adalah pendorong terbesar terbentuknya motivasi. Tanpa adanya Ego, seseorang hanya akan menjalani hidup apa adanya atau bisa disebut hidup yang " mengalir aja jack".

Seorang yang dikatakan berjiwa pemimpin, biasanya memiliki Ego yang tinggi. Ditandai dengan sifat tidak mau kalah atau selalu ingin bersaing dengan orang lain. Apakah ini salah? Tidak, menurut saya ini adalah pendorong atau motivasi agar orang bisa berkembang. Dengan sifat tidak mau kalah, seharusnya orang akan mau belajar dan berusaha. Tetapi di sisi lain, jika kita tidak bisa menahan Ego , akhirnya kita akan menjadi bodoh. Karena biasanya Ego yang terlalu besar akan menyebabkan kita sombong, tidak mau mendengarkan dan belajar dari orang lain terutama kepada orang yang kita anggap posisinya lebih rendah.

Pengalaman pribadi, saya pernah menjadi kepala toko sebuah supermarket. Suatu ketika ada lomba display antar toko. Jika saya ber Ego terlalu besar maka saya akan memaksa semua desain display tersebut mengikuti kemauan dan selera saya. Tapi saya ingin agar anak buah bisa berkembang dan saya biarkan mereka berkreasi sesuai dengan ide mereka. Saya hanya mengamati.

Sebagai seorang pemimpin jika kita memiliki Ego terlalu besar, biasanya kita akan melakukan "Micro managing" yang artinya semua pekerjaan akan diawasi sampai sedetail mungkin. Biasanya karena melakukan ini secara tidak sadar kita akan mengarahkan cara mengerjakan suatu pekerjaan dengan cara yang kita sukai. Memang ada anak buah yang perlu diawasi dengan detail, tetapi jika semua pekerjaan kita " Micro manage", maka anak buah tidak akan berkembang. Akhirnya kita akan capek sendiri, semua permasalahan jadi kita yang harus memikirkan.

Mengurangi besarnya Ego, akan membuat tim berkembang. Kita bisa membagi ruang Ego dengan orang lain. Orang lain akan berbahagia bekerja sama dengan kita. Kita akan semakin kaya dengan ide yang diberikan oleh orang lain. Saya selalu berprinsip, belajar itu bisa darimana saja. Misalnya alat pembersih yang terbaik, tanyalah kepada tukang sapu, bukan ke manajer. Apakah ini jalan menuju sukses?

Memiliki Ego yang terlalu besar, bisa menyebabkan kita berprinsip "Pokoknya" dan tidak bisa mendengarkan pendapat orang lain serta selalu mau menang sendiri. Teman akan menjauh, anak buah akan takut memberi ide, kita akan selalu bekerja sendiri, Apakah ini jalan menuju kegagalan?

Seberapa besarkah Ego Kita?

Salam

Hanya sekedar berbagi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun