Mohon tunggu...
Romy Sujatmiko
Romy Sujatmiko Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pria, 36 tahun, masih suka makan, suka berpetualang rasa dengan belajar memasak, membaca dan melihat sekitar.\r\n\r\nSatu lagi, selalu mencoba untuk cinta keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

T*i yang Bikin Lega

18 September 2012   04:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:18 1389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13479426101298785122

Tulisan ini adalah catatan sewaktu anak kami sakit diare kemarin.

Terhitung sejak awal September kemarin, anak sulung kami sakit. Awalnya, Rizky, lengkapnya Rizky Ahmad Setiawan (2,5 tahun), terlihat sesekali ingusnya berleleran. Karena tidak terlalu sering dan tidak menganggu, kami belum merasa perlu untuk konsultasi dengan dokter. Kami pikir, biarlah anak kami bertarung sendiri dengan virus influenza tadi.

Karena sepekan lebih pilek anak kami tidak kunjung hilang, kami putuskan untuk konsultasi ke dokter spesialis anak, sekalian dengan si bungsu (1 tahun) yang juga mulai ikut-ikutan pamer ingus. Anak kami , masing-masing dapat obat untuk pileknya, ditambah vitamin untuk daya tahan tubuhnya. Dan kata dokter, pilek ini sedang musim, menyusul perubahan cuaca akhir-akhir ini, menjadi sangat panas dan berangin. Dan memang, waktu periksa itu, banyak sekali pasien kecil-kecil ini yang sentrap-sentrup, pilek.

Dua hari berlalu, kami dan anak-anak kami ribut dan ribet dengan rutinitas minum obat itu. Maklum, rasa obat mungkin tidak terlalu nyaman bagi anak-anak kami. Kami berharap, pilek mereka segera sembuh. Tetapi yang bikin kami lumayan khawatir sewaktu Rizky, anak sulung kami, dengan bahasanya sendiri,  mengeluh kalau kepalanya dan perutnya attiiiit.

Kami kembali ke dokter untuk konsultasi, dan sesudah diperiksa, kata dokternya, keluhan anak kami juga karena sakit pileknya. Jadi tetap dilanjutnya minum obat influenza yang sebelumnya diberikan pada anak kami.

Sehari sesudahnya, anak sulung kami mulai diare.  Kalau pup yang keluar benar-benar seperti air yang keluar dari mulut kran yang dibuka lebar-lebar. Awalnya sih hanya sekali sehari. Tapi besoknya, hampir setiap sejam sekali anak kami kecirit yang segera kami bersihkan.

Kekhawatiran kami terwujud. Karena terlalu sering mencret dan kecirit, daerah sekitar dubur anak kami terlihat merah dan terasa sakit. Sakit itu pasti sangat menyiksa anak kami, yang bahkan sampai menolak untuk pakai celana dan susah tidur siang.

Sambil nunggu jadwal praktek dokter di malam harinya, kami hanya bisa mengolesi sekitar pantat anak kami dengan lotion dan baby oil. Pikiran saya, sakit di pantat anak kami ini pasti akan terus berlanjut kalau diarenya tidak berhenti. Akhirnya saya memutuskan untuk membuat ramuan ampet-ampet (obat diare). Resepnya, beberapa lembar pucuk daun jambu klutuk (jambu biji) dicuci bersih, dan direbus dengan segelas air. Rebusan air ini kemudian di jus bersama 2 butir buah jambu Klutuk (jambu biji) merah. Beri  gula dan sedikit garam lalu saring untuk memisahkan bijinya. Menurut Ibu saya dulu, rebusan daun jambu Klutuk sudah cukup untuk ramuan ampet-ampet. Tetapi untuk anak-anak, jus jambu yang warnanya kemerahan pasti akan menarik buat mereka, apalagi sekalian diajak terlibat membuat jus tadi.

Alhamdulillah, Siang itu anak kami mau minum satu gelas jus ampet-ampet daun jambu biji ini tadi. Dan hasilnya, sejak minum jus ini, anak kami berhenti diare dan kecirit-nya. Jadwal konsultasi dengan dokter malam itu, akhirnya diwakili oleh ibunya. Karena menjelang Maghrib, anak kami tertidur dengan pulasnya.  Kasihan kalau harus dibopong-bopong buat ke dokter.

Dari dokter, kami diberi obat diare. Tetapi obat iru masih belum kami minumkan, karena keesokan harinya, diare anak kami sudah berhenti. Dan siangnya, anak kami sudah pup sambil bernyanyi-nyanyi Balonku Ada Lima. Feces-nya juga sudah dalam formasi yang normal.

Mengingat betapa tersiksanya anak kami kemarin, begitu bersyukur dan leganya saya, melihat bentuk e*k anak kami yang kembali normal.

Jaga selalu keluarga kita.

Salam Kompasiana!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun