Mohon tunggu...
Romi Febriyanto Saputro
Romi Febriyanto Saputro Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan Ahli Madya Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Sragen

Bekerja di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Sragen sebagai Pustakawan Ahli Madya. Juara 1 Lomba Penulisan Artikel Tentang Kepustakawanan Indonesia Tahun 2008. Email : romifebri@gmail.com. Blog : www.romifebri.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dijajah tapi Tidak Merasa Menderita?

20 Maret 2018   17:57 Diperbarui: 20 Maret 2018   18:12 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 23 September 2014,  saya  berkunjung ke Perpustakaan Andika Ilmu Desa Mojorejo, Kecamatan  Karangmalang, Kabupaten Sragen. Ada temuan yang menarik terkait dengan  sejarah masa penjajahan Belanda. Kehadiran saya bersama rombingan Tim Penilai Lomba Perpustakaan Desa  disambut oleh Mbah Carik/Sekretaris Desa Mojorejo,  Muhammad Rosidi.

Setelah perbincangan tentang perpustakaan  selesai, saya mencoba bertanya tentang kondisi pertanian di desa ini.  Menurut Mbah Carik yang lahir Tahun 1946 ini, luas areal sawah di desa  ini adalah 350 ha. Pada masa penjajahan Belanda, sekitar Tahun 1924,  Pemerintah Kolonial membagi-bagikan tanah sawah kepada 350 orang yang  sanggup memenuhi syarat. Syarat itu adalah siap memberikan tenaga untuk  proyek pembangunan Hindia Belanda setiap hari kecuali pada Hari Jumat.

Menurut  Kakek dan Ayah Mbah Rosidi, saat itu yang berani menerima tawaran ini  hanya 350 orang itu. Bagi yang melanggar perjanjian, maka Kompeni akan  menarik kembali hak kepemilikan atas tanahnya. Jika tiga hari membolos  tidak masuk kerja, maka sanksi ini akan diterapkan.
Iseng-iseng aku bertanya, "Apakah dulu rakyat merasa menderita ketika dijajah Belanda?" Jawabannya sungguh diluar dugaanku.

"Rakyat  tidak merasa menderita, " kata Mbah Rosidi. Menderita itu waktu dijajah  Jepang. Saya terkejut, karena kalau berdasarkan buku pelajaran sejarah  rakyat sangat menderita. Mungkin karena Belanda terlalu lama menjajah  rakyat merasa biasa saja. Atau mungkin bangsa kita yang terlalu biasa  menjadi obyek penderita. Lagi pula penjajah juga pernah mengajari  kebaikan, misalnya tentang tata cara menanam tebu yang benar. Juga  tentang membangun bendungan dan jembatan yang benar.

Apa yang  disampaikan Mbah Rosidi mungkin tidak seratus persen benar. Tetapi  sebagai salah satu sumber sejarah lisan juga tidak mungkin dipersalahkan  seratus persen. Bagaimana pendapat Anda ?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun