Ketiga, mendampingi anak mengerjakan tugas sekolah (jika tidak ada tugas dari sekolah biasanya istirahat).
Keempat, melakukan salat Dzuhur berjamaah. Kemudian bercengkrama sejenak, bercerita berbagi pengalaman bersama.
Kelima, salat Ashar berjamaah, dilanjutkan kerja bareng menyiiapkan hidangan buka puasa. Ada yang membantu ibunya di dapur. Ada jugs yang menata meja makan.
Keenam, berbuka puasa bersama keluarga. Diawali membaca doa buka puasa. Kemudian minum dan makan secukupnya, lalu dilanjutkan salat Magrib berjamaah. Selanjutnya makan bersama sambil bercengkrama menunggu waktu sholat Isya tiba.
Ketujuh, sslat Isya berjamaah dan dilanjutkan salat taraweh berjamaah di rumah. Ayah bisa menjadi imam dan atau anak yang sudah baligh dapat diajari menjadi imam. Ini prnting untuk menanamkan kemampuan dalam memimpin.
Rutinitas  di atas merupakan pendidikan karakter yang dilakukan oleh orangtua secara langsung, walapun para orangtua secara formal-pedagogis tidak dibekali 5 pilar Penguatan Pendidikan Karakter;  Kemandirian, Religius, Integritas, Gotong Royong, Nasionalisme. Secara tidak langsung ada kaitan erat antara rutinitas di atas dengan 5 pilar tersebut.
Misalnya, Kemandirian; Â tadarus/membacara Al-Quran usai salat berjamaah, membersihakan tempat makan sendiri.
Religius; melakukan salat berjamaah baik yang wajib maupun yang sunnah, membaca doa-doa seperti doa niat puasa, doa berbuka puasa dan doa mau makan.
Integritas; sholat tepat pada waktunya, bertanggungjawab atas segala sesuatu yang anak kerjakan.
Gotong royong; Â menyiapkan bersama menu berbuka puasa maupun sahur.
Nasionalisme, orangtua menceritakan kisah para pejuang bangsa  melawan penjajah dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, menghormati dengan cara memperingati hari kelahiran pejuang tersebut lebih baik, seperti RA Kartini, Ki Hajar Dewantoro dan para pahlawan lainnya.