Memang sudah saya rencanakan, bakda Isya' akan silaturahim ke orangtua teman SMA. Hari pertama lebaran dikampung senyap. Inilah repetisi di dua lebaran tahun belakang. Benar-benar mengerikan. Setelah sore menerima kedatangan adik ipar dengan ragam cerita, disitulah saya tersadarkan harus kembali mentradisikan kunjung mengunjungi.
Orangtua dari teman SMA bernama Tri Widayanto menjadi bagian dari sejarah hidup saya. Banyak kesan yang membekas.
Semuanya diawali ketika bangku SMA mempertemukan kami berenam. Garis Tuhan tertatah di banyak sudut peristiwa. Gelombang kecil itu menjadi akrab karena kedekatan tempat juga senasib di strata ekonomi. Tidak ada yang borju, bisa dibilang pas-pasan.
Berlanjutlah pertemanan sampai level akrab. Orangtua Tri Widayanto(selanjutnya saya singkat TW) memperlakukan kami seperti anak sendiri. Sudah biasa kami makan ala keluarga bahagia. Bahkan ada sedikit paksaan agar mau mencicipi hidangan hasil olah keluarga pak Sapto,"Sing okeh, ojo muk dinggo syarat " (yang banyak, jangan hanya buat syarat-sebuah anjuran agar makannya sepenuh piring atau tambah lagi. Menandakan sang pemilik welcome atas kedatangan kita)
Sampailah pada kelulusan. Beberapa dari kami masuk ke jenjang perguruan tinggi. Namun begitu masih sering kerumah TW kumpul-kumpul sambil ngobrol.
Waktu berjalan berbalut ragam peristiwa. Setiap lebaran dari kami masih tetap berkunjung, bahkan manakala tempat tinggal orangtua TW pindah ke sebuah desa di kabupaten tetangga berbatasan dengan kota Solo. Jentera masa menyaring semua item dengan jelimet. Kehidupan masing masing dengan pola pikir baru beserta kesibukannya adalah pendulum. Tinggallah dua yang masih menjalin kedekatan, saya serta Agung. Dan nasib mentakdirkan kami masih tetap berstatus jomblo sampai detik ini.
Ketika bakda Isya menghampiri, langsung saya bergerak kearah selatan kota. Menyusuri beberapa ruas jalan menuju Waringinrejo, sebuah desa paling pinggir di kabupaten Sukoharjo.
Mendapati dua motor telah lebih dahulu teronggok didepan rumah. Langkah kaki masuki teras.
"Assalamu'allaikum warahmatullahi wabarakatuh"
Mendapati TW sedang ngobrol dengan teman(saya juga kenal sih). Lebih dahulukan menjumpai orangtuanya. Pak Sapto saya samperin. Seterusnya adat kebiasaan yang berlaku harus dilakukan. Dengan takzim menggenggam kedua tangan beliau,"Ngaturaken sugeng riyadi, pak. Nyuwun pangapunten sedoyo kalepatan kulo"
"Podo-podo, mas Chuck. Wong tuwo kadang ugo salah"