Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Seorang anak kampung, lahir dan bertumbuh di Rajawawo, Ende. Pernah dididik di SMP-SMA St Yoh Berchmans, Mataloko (NTT). Belajar filsafat di Driyarkara tapi diwisuda sebagai sarjana ekonomi di Universitas Krisnadwipayana, Jakarta. Terakhir, Magister Akuntansi pada Pascasarjana Universitas Widyatama Bandung. Menulis untuk sekerdar mengumpulkan kisah yang tercecer. Blog lain: floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kompasiana Mengubah Airmata Menjadi Senyum Bahagia Warga Titehena, NTT

23 Oktober 2020   12:10 Diperbarui: 24 Oktober 2020   15:18 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Disambut dengan laut yang teduh di Pulau Solor, Flores Timur, NTT. | Foto: Roman Rendusara

Esok harinya, komitmen menjadi aksi nyata. Dua cewek cantik itu adalah Gaby dan Vania. Mereka anak muda yang peduli akan nasib pendidikan dan masa depan generasi NTT. Gaby sangat paham soal arsitektur. Sedangkan, Vania, si penyayang anjing, yang teliti menghitung item demi item bahan-bahan bangunan. 

Bersama tokoh masyarakat dan pemerintah desa, kami melakukan pemantauan lokasi, pengukuran lahan, merancang bangunan, dan melakukan survei bahan-bahan yang bisa kami dapatkan secara lokal, misalnya ke tempat cetak batu merah dan penjualan pasir.

Baca juga: Memulihkan Semangat Belajar Anak-anak Titehena, Solor, NTT

Hanya tiga hari kami berada di Solor. Rencana tindak lanjut sudah rampung. Pada awal 2018, pembangunan dimulai. Bung Adji dan saya tidak terlibat dalam pembangunan. Hanya sesekali menanyakan perkembangan hingga tahap mana via telepon.

Jamuan malam penuh persaudaraan bersama warga Titehena, Solor, Flores Timur, NTT. |Foto: Roman Rendusara
Jamuan malam penuh persaudaraan bersama warga Titehena, Solor, Flores Timur, NTT. |Foto: Roman Rendusara
Setelah itu, tim dari Jakarta tiba lagi ke Solor itu pada akhir 2018. Bung Adji turut menemani mereka. Tanpa saya. Selain memantau perkembangan pembangunan, mereka membagikan buku dan majalah anak-anak kepada siswa-siswa SD Filial. Kepada saya, Bung Adji menginformasikan, sudah 90% tiga ruangan kelas yang dibangun, siap untuk digunakan.

Syukur Tiada Akhir bersama Kompasiana

Akhirnya, pada awal 2019 melalui sebuah media lokal, saya membaca, gedung SD Filial sudah dibangun oleh sebuah Yayasan yang peduli pendidikan dari Jakarta. Dalam hati, saya sangat bersyukur, akhirnya kepedulian itu menjadi sebuah kisah nyata.

Sejenak singgah sebentar di Danau Kelimutu, Ende, NTT. |Foto: Roman Rendusara
Sejenak singgah sebentar di Danau Kelimutu, Ende, NTT. |Foto: Roman Rendusara
Baca juga: Keindahan Pantai Titehena dan Museum Ikan Paus yang Tak Tertata di Pulau Solor Flores Timur

Sebagai ungkapan syukur tiada akhir dan terima kasih nan tulus, saya berterima kasih kepada Kompasiana dan K-ners. Melalui wadah ini, sebuah gagasan dan keprihatinan bukan utopia belaka. 

Airmata warga Titehena menyaksikan kerobohan gedung SD Filial telah berubah menjadi tawa bahagia. Kepada K-ners, terima kasih atas dukungan. Vote dan komen para K-ner adalah doa terbaik untuk masa depan generasi NTT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun