Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Seorang anak kampung, lahir dan bertumbuh di Rajawawo, Ende. Pernah dididik di SMP-SMA St Yoh Berchmans, Mataloko (NTT). Belajar filsafat di Driyarkara tapi diwisuda sebagai sarjana ekonomi di Universitas Krisnadwipayana, Jakarta. Terakhir, Magister Akuntansi pada Pascasarjana Universitas Widyatama Bandung. Menulis untuk sekerdar mengumpulkan kisah yang tercecer. Blog lain: floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola

PSSI Jangan "Cuci Tangan"

19 Desember 2019   09:04 Diperbarui: 19 Desember 2019   09:06 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Striker PSN Ngada merayakan gol setelah menjebol gawang Gaspa 1958 Palopo. Dok. tangkapan layar pribadi

Sepak bola tanah air sedang diselimuti kabut tebal mafia, penuh kecurangan dan syarat kepentingan uang. Terbaru, terbitnya surat keputusan Panitia Disiplin Liga 3 Babak 32 Besar Nasional yang memberikan hukuman kepada PSN Ngada dengan kekalan 0-3 dari Putra Sinar Giri (PSG), pengurangan 3 poin dan denda Rp30 juta. PSN Ngada adalah wakil NTT, bagian timur Indonesia.

Hal ini bermula, berdasarkan match commissioner pertandingan LIGA 3 Babak 32 Grup F antara Gaspa 1958 Palopo vs PSN Ngada, pemain PSN Ngada nomor punggung 14, yakni Kiken Mentinus Nikodemus Wea mendapatkan kartu kuning pada menit ke-60. Namun, seusai pertandingan, PSN Ngada protes terhadap kartu kuning tersebut, karena pemain merasa tidak mendapatkan kartu kuning. Bahkan tiga bukti rekaman chanel youtube pada menit ke-60 wasit tidak pernah mengangkat kartu kuning bagi pemain tersebut.

Seperti dilansir dari sini, menindaki protes tersebut, match commissioner melakukan konfirmasi ulang kepada wasit. Wasit menegaskan kembali bahwa memang pemain tersebut menerima kartu kuning. Dengan kartu kuning tersebut, pemain ini mendapatkan hukuman larangan bermain dipertandingan selanjutnya melawan PSG karena pada laga sebelumnya saat melawan PSIL Lumajang, pemain ini juga mendapat satu kartu kuning.

PSN Ngada tetap memainkan pemain tersebut, walaupun nama si pemain tidak masuk di Form Penetapan Pemain dan daftar susunan pemain. Sebab manajemen PSN hakul yakin keputusan kartu kuning tidak berdasarkan fakta lapangan. Panitia hanya mengacu rekapan hasil pertandingan yang bisa jadi salah atau keliru. Sayangnya hingga saat ini panitia lokal maupun PSSI belum bisa menunjukan jejak digital yang mengungkapkan fakta pemberian kartu kuning dimaksud.

Bahkan PSSI sedang cuci tangan dengan masalah ini. Secara penuh kedunguan PSSI meminta PSN Ngada menghormati keputusan panitia disiplin liga 3. PSSI pun menolak tuntutan PSN Ngada dengan alasan wewenang panitia lokal dengan panitia disiplinnya.

Saya kehilangan logika berpikir PSSI sebagai organisasi tertinggi sepak bola nasional tidak bisa berbuat apa-apa dengan masalah ini. Andaikan para panitia lokal menyalahi aturan sepak bola toh PSSI diam saja? FIFA saja bisa menjatuhkan sanksi bila pertandingan di sebuah negara tidak menjunjung tinggi sportivitas dan fair play. Kuat dugaan saya, PSSI ikut menjaga piring nasinya dari praktek mafia sepak bola kita.

Timbul kesan kuat, bahwa panitia liga 3 nasional dan PSSI menganggap rendah PSN Ngada, yang adalah wajah NTT dan Indonesia Timur karena dengan sangat kasar menyingkirkan PSN yang sudah melaju ke babak 16 besar. PSSI dengan sangat cerdik menusuk agak PSN Ngada, wakil NTT itu jangan sampai lolos ke 16 besar dan menjadi juara. Sejujurnya, kaum panitia liga 3 nasional adalah cerminan hati busuk agar NTT jangan terlalu jago sepak bolanya di level nasional. Bisa jadi demikian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun