Mohon tunggu...
Roi Hidayat
Roi Hidayat Mohon Tunggu... Freelancer - Life Adventurer - Yoga and Meditation Practitioner

Petualang Kehidupan yang mengisi hari dan waktu dengan inspirasi dan kemanusiaan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

The River of Life

11 September 2020   22:00 Diperbarui: 11 September 2020   22:00 1679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.telegrapghindia.com

Hembusan angin semilir dari puncak gunung terasa begitu sejuk menerpa kulit wajah, membuat setiap tarikan nafas pun serasa begitu segar dan membuat nyaman.

Walaupun mentari bersinar cerah dan kabut yang tebal pun sudah menghilang, dimana pepohonan disekeliling jelas terlihat, namun hanya sensasi hangat lembut yang dirasakan, bukanlah perih membakar seperti berjalan di trotoar ibu kota saat tengah hari. 

Daun-daun di puncak pepohonan begoyang seakan menari, menyambut hembusan angin dan menyapa pancaran sinar mentari.

Aliran sungai yang berbiak, jernih dan terlihat menerawang di sisi nya, terdengar bagai lantunan suara musik instrument tanpa percakapan dan celoteh obrolan, melengkapi suasana harmoni dan damai. 

Waaaaahhhh .... 

Siapa seh saat ini yang ga kepengen pergi ke alam terbuka di kaki gunung lalu meneguk kesegaran air gunung yang mengalir di sungai ??? 

Hampir 5 bulan rasanya sebagian besar dari kita mungkin memilih untuk diam dirumah, mengurangi begitu banyak kegiatan di luar ruangan, dan tidak berpergian seperti biasanya. 

Masa Pandemic disebutnya ... 

Masa yang kelam katanya, dimana semua aspek kehidupan terkena dampaknya secara merata.

Begitu berat dampak yang terasa membuat sebagian masyarakat bahkan menolak kenyataan yang terjadi, cuek dan tidak perduli dan bahkan menganggap perubahan yang ada sebagai konspirasi semata.

Sebagaimana aliran sungai yang beriak yang dapat kita lihat di kaki gunung, diujung sana, pada sumber mata air di pegunungan biasanya akan terdapat kubangan air yang tenang yang tidak pernah habis, hingga luber mengalir dan akhirnya menjadi sungai di hilir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun