Mohon tunggu...
Rohmatul Umaiyah Farhatus
Rohmatul Umaiyah Farhatus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Suka membaca buku, menulis, dan melukis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kearifan Lokal sebagai Langkah Mitigasi Terhadap Pandemi Covid-19

30 November 2022   14:34 Diperbarui: 30 November 2022   14:42 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 11 Tahun 2020 menetapkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) (Astuti & Listyaningsih, 2022). Hingga per 5 April 2022 tercatat dalam publikasi pemerintah pusat bahwa kasus kematian akibat COVID-19 mencapai angka 155,42 ribu jiwa (Said Fariz Hibban, n.d.). Data terbaru yang diambil pada 30 Oktober 2022 menunjukkan total kematian akibat COVID-19 sebanyak 158,57 ribu jiwa (Darmawan, 2022). Angka kematian tersebut bertambah 3 ribu jiwa sejak 6 bulan terakhir. Pertambahan angka kematian menyebabkan Indonesia menempati posisi kasus kematian tertinggi kedua akibat COVID-19 di Asia dibawah India yang menempati urutan pertama dengan kasus kematian sebanyak 529,01 jiwa. Sementara di urutan ketiga ada Iran dengan angka kematian 144,57 ribu orang.

Data tersebut mendukung prediksi bahwa Indonesia akan menderita pandemi COVID-19 dalam waktu yang lama. Salah satu yang menjadi pertimbangan adalah geografis Indonesia sebagai negara kepulauan yang masih memiliki banyak daerah-daerah tertinggal dan terpencil akan menghambat penanganan pandemi COVID-19 (Nugraha, 2020). Namun, hal tersebut tidak membuat masyarakat Indonesia berpasrah pada keadaan, sebaliknya masyarakat Indonesia mengusung kearifan lokal sebagai langkah pertama dalam mencegah tersebarnya pandemi COVID-19. Bahkan melalui kearifan lokal masyarakat Indonesia mampu mengatasi permasalahan sosial akibat pandemi COVID-19. Hal tersebut dibuktikan oleh Prasetyo (2019) bahwa kearifan lokal menjadi alternatif dalam mencegah bencana maupun penanganan pasca-bencana (Nugraha, 2020).

Kearifan lokal merupakan pemahaman, pengetahuan, hingga kebijakan kolektif yang berpengaruh menyelesaikan dan menanggulangi permasalahan kehidupan (Suparmini et al 2014) (Nugraha, 2020). Kearifan lokal merupakan unsur-unsur budaya yang mengkristal menjadi bagian-bagian yang menyatu dengan tatanan fisik maupun non fisik suatu kebudayaan masyarakat atau bangsa (Habibi, R.K., Kusdarini, 2020) (Hanif, 2021). Dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal adalah cara pandang masyarakat dalam menjalani kehidupan yang tertanam ke dalam alam pikiran, cara bertindak maupun produk yang dihasilkan oleh aktivitas suatu masyarakat itu sendiri.

Kearifan lokal pikukuh (aturan) yang berbunyi "Lojor teu meunang dipotong, pondok teu meunang disambungkan" yang dimiliki oleh masyarakat Baduy menjadi langkah mitigasi terhadap pandemi COVID-19. Pikukuh tersebut memiliki arti "Panjang tidak boleh dipotong, pendek tidak boleh disambung" yang dimaknai masyarakat Baduy bahwa tidak boleh mengubah sesuatu yang telah ada dengan menerima apa adanya. Salah satu bentuk implementasinya adalah masyarakat Baduy yang sangat menjaga kelestarian alamnya. 

Tidak heran kawasan adat masyarakat Baduy dikelilingi oleh berlapis-lapis hutan. Sehingga satu-satunya cara untuk mengakses wilayah masyarakat Baduy adalah dengan melewati jalan setapak yang dikelilingi oleh hutan-hutan. Kondisi wilayah geografis masyarakat Baduy tersebut menjadi keuntungan di masa pandemi COVID-19 karena meminimalisir mobilitas dari luar masyarakat Baduy itu sendiri. 

Masyarakat Baduy yang hidup dalam kesederhanaan dan tidak tergiur oleh modernisasi menyelamatkannya dari resiko yang diberikan oleh modernitas. Fenomena pandemi COVID-19 yang terjadi mendukung pernyataan tokoh teori modernitas Anthony Giddens dan Ulrich Beck mengenai resiko modernisasi yang dapat mengancam umat manusia. Bahwa modernisasi di era globalisasi mempermudah mobilitas manusia dan penyebaran COVID-19.

Indonesia menjadi negara kedua di Asia dengan angka kematian penyebab COVID-19 yang menyentuh angka 158, 57 ribu jiwa berdasarkan data yang diambil pada 30 Oktober 2022. Hal tersebut menguatkan prediksi bahwa Indonesia menjadi negara yang membutuhkan waktu lama untuk pulih dari pandemi. Selain itu, kondisi geografis dan pembangunan yang tidak merata menjadi hambatan penanganan pandemi COVID-19. Akan tetapi masyarakat Indonesia mempunyai cara sendiri untuk mengatasi permasalahan tersebut melalui kearifan lokal. Salah satu contohnya adalah implementasi kearifan lokal pikukuh (aturan) yang berbunyi "Lojor teu meunang dipotong, pondok teu meunang disambungkan" yang dimiliki oleh masyarakat Baduy menjadi alternatif utama dalam menghambat penyebaran COVID-19 pada masyarakat Baduy.

DAFTAR RUJUKAN

Astuti, S. F. N., & Listyaningsih, L. (2022). Peran Pemuda Kampung Lali Gadget dalam Mengenalkan Permainan Tradisional sebagai Wujud Sikap Cinta Tanah Air pada Anak Usia Dini di Desa Pagar Ngumbuk Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo. Kajian Moral Dan Kewarganegaraan, 8(2), 157--167.

Darmawan, A. D. (2022). Total Kematian Covid-19 Indonesia Urutan Ke-2 di Asia. Databoks. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/10/30/total-kematian-covid-19-indonesia-urutan-ke-2-di-asia

Hanif, M. (2021). Kearifan Lokal Masyarakat Kabupaten Madiun Dalam Menyikapi Pandemi Covid-19. Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya, 23(1), 27. https://doi.org/10.25077/jantro.v23.n1.p27-36.2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun