Mohon tunggu...
Warisan Literasi Mama
Warisan Literasi Mama Mohon Tunggu... Freelancer - Meneruskan Warisan Budaya Literasi dan Intelektual Almarhumah Mama Rohmah Tercinta

Mama Rohmah Sugiarti adalah ex-writerpreneure, freelance writer, communications consultant, yogini, dan seorang ibu yang sholehah dan terbaik bagi kami anak-anaknya. Semoga Mama selalu disayang Allah. Alfatihah.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Gerakan Tutup Pintu, Saling Bermaaf-maafan Via Halal Bihalal Digital

22 Mei 2020   18:58 Diperbarui: 22 Mei 2020   19:02 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Andrea Piacquadio dalam pexels.com


Akhirnya Ramadan 1441 H yang benar-benar berbeda dari Ramadan yang pernah kita rasakan sebelumnya, harus kita tutup juga dengan perayaan lebaran Idul Fitri 1441 yang berbeda pula.Perayaan hari kemenangan yang biasanya dilakukan dengan saling menyapa, saling maaf memaafkan dengan  bersalam-salaman, sungkeman, saling membuka pintu (open house) dan saling kunjung mengunjungi, saling bertamu dan saling anjangsana tak lagi bisa dilakukan.

Lebaran Idul Fitri 1441 kali ini, terpaksa harus kita jalani dalam sunyi. Kampung halaman yang biasanya ramai oleh warga yang pulang dari perantauan, harus ikhlaskan suasana sepi seperti keseharian. Bahkan harus lebih sepi lagi karena harus menjalankan protokol pencegahan penyebaran Covid-19 yang mewajibkan menjaga jarak fisik (physical distancing) dan masing-masing penduduk berdiam di rumah saja #stayathome.

Namun sebaliknya, berbeda dari lebaran-lebaran sebelumnya, kota-kota yang banyak menjadi tujuan kaum perantau, kali ini tetap ramai karena banyak warganya yang tak bisa mudik. Hanya saja ramainya kota kali ini adalah ramai dalam kekakuan. Semua warga masih ramai di rumah masing-masing, saling menjaga jarak ketika keluar rumah dan menjaga percakapan karena harus mengenakan masker kemana-mana.

Lebaran kali ini memang benar-benar beda. Desa-desa tetap sunyi dalam kedamaian, dan kota-kota tetap ramai meski dalam kesunyian juga. Karena untuk daerah-daerah berstatus merah yang masih menerapkan aturan PSBB, kemungkinan warga masyarakatnya tidak bisa mendirikan sholat Idul Fitri berjamaah di masjid atau lapangan, maka MUI dan ormas Islam segera mengeluarkan panduan untuk sholat Idul Fitri di rumah saja.

Baca Juga:  Ngapunten Ibu, Lebaran Ini Dalem Tidak Ro'an di Pusaramu 

Lalu bagaimana dengan tradisi sungkeman, halal bihalal, atau saling maaf memaafkan yang biasanya selalu dilakukan setelah sholat Idul Fitri ditunaikan? Tentu saja hal ini tak bisa lagi dilakukan. Kewajiban menjaga jarak fisik, menghindari kerumuman dan keramaian, dan tinggal di rumah saja menjadikan tradisi itu tak bisa dijalankan secara konvensional kecuali antar anggota keluarga di satu rumah saja.

Bahkan untuk menjaga kedisiplinan agar protokol kesehatan tersebut benar-benar dijalankan ada beberaoa daerah yang aparat pemerintahnya menghimbau agar penduduk daerahnya melakukan "gerakan tutup pintu" di hari lebaran nanti. Yaitu gerakan menutup pintu rapat-rapat di hari lebaran agar tidak ada masyarakat yang lupa dan tiba-tiba bertamu untuk bermaaf-maafan yang biasanya spontan dilakukan setiap lebaran. Melalui "gerakan menutup pintu" tersebut maka diharapkan masyarakat seperti selalu diingatkan bahwa saat ini pandemi covid-19 belumlah menunjukkan titik terang. Penambahan korban masih besar dan kurva jumlah penderita positif Covid-19 masih belum mencapai puncaknya sehingga bisa mulai nenurun dan menuju perbaikan.

Sungguh sebuah ironi di hari yang fitri. Dimana biasanya setiap lebaran Idul Fitri orang-orang beramai-ramai untuk melakukan "open house" agar orang-orang saling mengunjungi untuk bersilaturahmi dan bermaaf-maafan, kini justru harus melakukan "gerakan tutup pintu" agar orang-orang sadar bahwa saat ini bukan saat yang tepat untuk saling bertamu.

Alhasil, bisa-bisa nasi kuning dan sambal goreng ati terasa tak nikmat lagi. Bisa-bisa Ketupat sayur dan opor ayam tak lagi menggoda hati. Bisa-bisa Kue-kue kering yang gurih dan lezat, serta minuman segar bisa tiba-tiba terasa hambar. Banyak kebahagiaan yang hilang dan kegembiraan yang berkurang ketika tak ada lagi rombongan kerabat, tetangga, kenalan dan kawan-kawan yang bertamu tanpa kita undang namun selalu kita sambut dengan riang. Lebaran yang biasanya menjadi sebuah momen supersosial, tiba-tiba menjadi momen soliter dan personal.

Baca Juga: Tips agar Mudik Online Tidak Ambyar Tengah Jalan

Untungnya sekarang era sosial media yang serba digital. Budaya atau tradisi silaturahmi dan saling maaf memaafkan bisa kita lakukan secara digital. Sebut saja umpamanya dengan istilah "Halal Bihalal Digital". Yaitu aktivitas saling bermaafan yang kita lakukan melalui kecanggihan teknologi komunikasi dan platform-platform komunikasi sosial media yang sudah kita miliki selama ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun