Tahukah Anda, setelah beberapa tahun menduduki peringkat pertama sebagai negara yang tidak aman bagi umat kristen, tahun ini Arab Saudi dan Somalia tidak lagi masuk di dalam daftar berbahaya.
Seperti yang dilansir tempo dotco (12/10), Arab Saudi dan Somalia, dua negara yang telah menduduki peringkat pertama selama 26 tahun sejak Open Doors melakukan riset tidak lagi memegang posisi tersebut.
Lembaga riset Open Doors dikutip dari express.co.uk pada Januari 2018 lalu telah meriset kembali negara-negara yang tidak aman umat Kristen, berikut diantaranya :
1. Korea Utara
Negara ini dinobatkan sebagai negara paling berbahaya di dunia untuk umat Kristen oleh Open Doors. Korea Utara telah menduduki daftar tahunan Open Doors sebagai negara paling berbahaya dari negara-negara lain selama 16 tahun terakhir, menggantikan Arab Saudi dan Somalia, dua negara yang telah menduduki peringkat pertama selama 26 tahun sejak Open Doors melakukan riset.
"Korea Utara tetap menjadi tempat paling berbahaya di dunia bagi pemeluk agama Kristen. Mereka dipaksa untuk beribadah secara bersembunyi - jika mereka ditemukan, mereka akan dibawa ke kamp kerja paksa," tulis Open Doors.
2. MesirÂ
Mesir adalah negara yang dengan cepat naik dalam daftar karena ancaman kekerasan, kehidupan pribadi, keluarga, komunitas, keadaan nasional, dan kehidupan gereja. Negara ini berada di peringkat ke-17 negara yang berbahaya bagi umat Kristen setelah pada 2017 banyak kekerasan dan serangan mengancam umat Kristen.
"Pada 2017 ada beberapa insiden kekerasan yang mengerikan di seluruh Mesir, diantaranya pada saat Paskah, 49 orang terbunuh dalam dua pemboman gereja dan pada Mei ekstremis menyerang orang-orang yang bepergian ke sebuah biara di Mesir Hulu - menewaskan 29 orang," tulis Open Doors.
Direktur Eksekutif Open Doors, Lisa Pearce, mengatakan umat Kristen di Mesir menghadapi rentetan diskriminasi dan intimidasi. Kendati demikian, mereka menolak untuk melepaskan keyakinan mereka.
"Di Mesir, seperti di banyak negara Timur Tengah lainnya, agama seseorang akan dinyatakan di kartu identitas. Ini membuat diskriminasi dan penganiayaan menjadi mudah - seseorang diabaikan untuk pekerjaan, izin perencanaan sulit diperoleh dan mereka adalah target ketika berusaha untuk pergi ke gereja," ujarnya.