Mohon tunggu...
Arofiq Rofiq
Arofiq Rofiq Mohon Tunggu... profesional -

Nama lengkap arofiq biasa dipanggil rofiq, kenapa di kompasiana Username URL-nya menggunakan inisial rofiq70, ya karena sudah terlanjur dan sekedar memberi tanda lahir di tahun 1970, maksudnya biar nggak bandel lagi karena umurnya udah semakin tua……hehehe. Pernah menjadi wartawan majalah remaja dan mode 15 tahun yang lalu. Sekarang berkiprah di dunia per-konsultan-an bidang manajeman, komunikasi perusahaan, media sosial, etc…….

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mungkinkah Jokowi Khianati Megawati?

27 Februari 2014   17:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:25 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam dunia politik tidak ada kata yang tidak mungkin, semua bisa mungkin dan berubah. Sebagaimana ungkapan semua berubah kecuali perubahan itu sendiri yang akan kekal. Pertanyan yang selalu menggelitik baik untuk kubu Jokowi lovers maupun kubu Jokowi haters. Pada titik Megawati – yang sampai kini masih menggantung restunya, tidak mengajukan Jokowi sebagai capres PDIP. Pertanyaan nya, beranikah Jokowi maju sebagai capres tanpa restu Megawati alias berkhianat?

Inilah spekulasi kekinian dari sosok Jokowi yang sudah digadang-gadang oleh puluhan juta rakyat Indonesia dari seluruh penjuru tanah air, dengan dibuktikan oleh makin moncernya Jokowi dalam setiap survey capres 2014. Adalah Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional Dradjad Hari Wibowo, di Jakarta, Rabu (26/2/2014) yang terekam dalam Tribunnews dan Rimanews melontarkan spekulasi bawa: "Kalau Jokowi maju tanpa restu Megawati, akan jadi politik pengkhianatan. Yang punya kemungkinan (maju capres) tapi tak ada kewenangan di partai, hanya Jokowi. Kalau itu terjadi, (Jokowi maju tanpa restu Mega), itu terjadi pengkhianatan," ujar Drajad Wibowo di Soeltan Coffe, Rabu (26/2/2014).

Makin mendekati Pemilu tanggal 9 April 2014, kancah perpolitikan tanah air tentu akan makin mendidih. Sosok Jokowi yang sampai kini masih memuncaki elektabilitas capres dari berbagai suvey tentu menjadi barometer utama untuk melihat peta persaingan dalam Pilpres 2014. Sayangnya restu mega masih digantung diawang-awang. Pertanyaan kritisnya, mengapa Megawati terkesan buying time untuk memutuskan restu bagi Jokowi sebagai capres PDIP.

Pertimbangan rasional apa yang melatarbelakangi Megawati terkesan maju-mundur dan mengulur-ulur waktu untuk mendeklarasikan Jokowi sebagai capres PDIP. Ada paling tidak tiga alasan bagi megawati masih ragu untuk mencalonkan Jokowi, yaitu: Pertama, Jokowi bukan trah Soekarno, dan track records pemikirannya mengenai ekonomi-politik belumpunya. Sosok Jokowi juga sama sekali bukan sebagai sosok pemikir, namun hanyalah sosok pekerja. Sosok ini tentu lemah dalam memegang prinsip ideologinya untuk mewujudkan ekonomi kerakyatan sebagaimana cita-cita besar Bung Karno. Kedua, meskipun sekarang elektabilitas Jokowi paling tinggi namun tidak ada jaminan Jokowi menang dalam Pilpres 2014. Mimpi buruk Megawati terhadap Pemilu 1999 dimana PDIP keluar sebagai jawara dalam Pemulu, ternyata terjegal oleh poros tengah yang mengusung Gus Dur, sampai kini masih terus menghantui. Artinya keunggulan elektabilitas Jokowi yang ada masih rawan digembosi oleh lawan-lawan politiknya.

Ketiga, banyak pengamat menilai bahwa sosok Jokowi lebih pas sebagaipelaksanaatau pekerja yang tekun bekerja, dan belummempunyai visi-misi membangun Indonesia untuk menjadi bangsa besar di Asia dan dunia. Sosok Jokowi kurang punya greget untuk bisa tampil di dunia internasional. Padahal Megawati meyakini bahwa tantangan Indonesia untuk ke depan akan jauh lebih berat. Indonesia membutuhkan sosok pimpinan yang benar-benar mumpuni bisa menyelesaikan berbagai persoalan di Tanah Air, tidak hanya sosok pimpinan yang sekedar populer dan bisa bekerja baik.

Tiga alasan inilah, paling tidak menjadi hambatan bagi Megawati untuk bisa tegas mendukung Jokowi untuk menjadi Capres PDIP. Namun Megawati juga sangat sadar bahwa para pendukung fanatik Jokowi baik yang ada di PDIP maupun diluar PDIP bisa mengundang perpecahan partai. Kalau Megawati memaksakan kehendak untuk mencalonkan Capres di luar Jokowi maka resiko yang terbesar adalah adanya rayuan dan godaan pada Jokowi untuk dicalonkan sebagai Capres dari partai lain. Kalau ini yang terjadi maka sebagaimana kekhawatiran Dradjad Wibowo, akan terjadi pengkhianatan terhadap Megawati dan PDIP oleh kadernya sendiri.

Pertanyaan selanjutnya sebagaimana judul ini, mungkinkan Jokowi bisa khianati Megawati tentu jawabanya mudah ditebak, bahwa dalam jagad perpolitikan itu semua serba mungkin. Ungkapan revolusi kadang memakan anak kandung atau ibu kandung sendiri masih relevan dalam konteks ini.

Sumber: Tribunnews dan Rimanews

FB: Arofiq Aja

Twitter: @rofiq70

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun