Siang hari ini, Rabu 17 Juli, untuk kedua kalinya saya berkesempatan menginjakkan kaki di Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kali pertama saya mampir di pulau seribu masjid ini pada tahun 2012.
Begitu keluar dari terminal Bandar Udara Lombok Praya, saya terpesona dengan eloknya panorama jalan rayanya. Bukan karena aspal hotmix yang luas dan mulus serta ditata menjadi dua jalur atau satu arah.
Tapi pohon-pohonnya yang ditanam di sepajang ruas sisi kanan, tengah dan kiri jalannya. Tujuh tahun yang lalu baru ditanam dan sekarang sudah besar.Â
Pesona indah atau elok ini merupakan pemandangan sepanjang separoh jalan antara Lombok Praya dan Kota Mataram yang jaraknya sekitar 30 kilo meter.  Ini terlihat sampai dengan bundaran patung sapi.Â
Pemandangan ini merupakan bukti konkret keseriusan semua pihak di daerah tersebut baik pemerintah maupun masyarakatnya untuk merawat pohon-pohon itu dalam rangka menciptakan lingkungan lombok yang hijau, indah, sehat dan berwawasan pariwisata.Â
"Tidak tahu pak. Tapi pohon ini cepat besar pak," jawabnya.
Jika pohon-pohon tersebut benar-benar trembesi atau sebangsanya, maka patut diacungi jempol. Mengapa?Â
Menurut para ahli, pohon trembesi adalah penghasil oksigen tertinggi dibandingkan dengan pohon-pohon lainnya. Ini sangat cocok dengan kondisi lingkungan dan iklim NTB yang kering. Pohon-pohon tersebut bisa memberikan oase udara segar di siang hari bagi para pengguna jalan raya dari Mataram ke Lombok Praya atau sebaliknya.
Mudah-mudahan panorama jalan raya uang ada di Mataram ini dapat memberikan inspirasi bagi daerah-daerah yang lain.
Profisiat untuk NTB. Pulau seribu Masjid tanah airku Indonesia.
Mataram, 17 Juli 2019