Mohon tunggu...
Rofinus D Kaleka
Rofinus D Kaleka Mohon Tunggu... Insinyur - Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Orang Sumba, Pulau Terindah di Dunia

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Burung Gagak Pun Menjadi Predator Anak Ayam

22 Maret 2019   15:36 Diperbarui: 22 Maret 2019   15:58 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

 

Sejak sepuluh tahun yang lalu, saya dan keluarga sepakat untuk membangun pondok, tempat domisili tetap sampai sekarang ini, di sekitar area hutan yang cukup   luas. Lingkungan ini kami anggap ideal untuk dapat menikmati hidup yang lebih nyaman.

Nyaman yang kami maksud adalah sejuk, tenang dan aman. Sejuk karena udara dan oksigen yang diproduksi oleh hutan. Tenang karena cukup berjarak dengan masyarakat sekitar. Aman karena masyarakat di sekitar hampir tidak ada yang mengganggu dan berbuat jahat. Tiga hal ini sungguh-sungguh kami dapatkan di tempat itu.

Karena daerah itu aman, maka kami pun memelihara ternak kecil seperti babi dan ayam, semuanya bibit lokal, sebagai salah satu sumber penopang ekonomi keluarga. Maklum, dua jenis hewan yang saya sebut ini, bagi kami di Sumba, bukan sekadar bernilai ekonomi saja tapi juga bernilai adat-istiadat dan kebudayaan. Dalam urusan adat sekecil apapun, dua ternak tersebut selalu dibutuhkan.

Sudah enam bulan belakangan ini,  kami merasa terganggu dalam hal memelihara ternak, khususnya ayam. Bukan karena adanya penyakit dan pencuri. Tapi karena burung gagak.

Ada apa dengan burung gagak? Mereka berperilaku seperti burung elang. Menyerang dan memangsa anak-anak ayam (hidup) yang masih kecil. Tentu saja anak-anak ayam yang berkeliaran di sekitar pekarangan. Memang kami memelihara ayam lokal/kampung dan belum terbiasa untuk mengandangkannya.

Setiap hari, dari pagi sampai sore, burung gagak, bisa beberapa ekor jumlahnya, sudah bertengger pada dahan-dahan pohon jambu mete di sekitar lingkungan pondok kami. Mereka selalu siaga menerkam anak-anak ayam. Mencabik-cabik dengan kuku mereka dan memakannya.

Perilaku burung gagak yang menjadi predator anak ayam tersebut, merupakan hal aneh bagi kami. Karena setahu kami selama ini, burung gagak adalah pemangsa bangkai binatang atau hewan saja. Juga, biasa mereka bertengger di padang-padang dan bukan di sekitar perkampungan warga.

Belum lagi perilaku mereka yang lain, yaitu bunyinya. Aduuuh bunyinya itu, ramai betul tapi sungguh sangat tidak merdu di telinga. Seperti halilintar saja. Benar-benar amat mengganggu kenyamanan kami.

Perubahan perilaku burung gagak tersebut, bagi kami memang menjengkelkan. Benar-benar sangat menjengkelkan. Namun bisa dimaklumi juga.

Dimaklumi? Ya dimaklumi. Mengapa? Karena habitat mereka sudah rusak. Lingkungan sekitar domisili kami sudah mulai rusak. Hutan sebagai habitat mereka di sekitar domisili kami sudah diambang kehancuran. Habitat mereka sudah tidak memiliki daya dukung lagi yang menyebabkan mereka tidak perlu hijrah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun