Mohon tunggu...
Rofidah Nur F
Rofidah Nur F Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi PIAUD UIN Malang

Dipaksa, terpaksa, terbiasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Siapapun Bisa Menjadi Sumber Belajar

26 September 2020   13:59 Diperbarui: 26 September 2020   14:15 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jadikan Setiap Tempat Sebagai Sekolah dan Jadikan Setiap Orang Sebagai Guru" - Ki Hajar Dewantara

Guru yang dalam istilah jawa merupakan akronim dari "digugu lan ditiru" (orang yang dipercaya dan diikuti), bukan hanya bertanggung jawab mengajar mata pelajaran yang menjadi tugasnya, melainkan lebih dari itu juga mendidik moral, etika, integritas, dan karakter. Martin Luther King Jr menyatakan, "Intelegence plus character; that is the true goal of education."

Sebenarnya guru tidak hanya orang yang kita temui di sekolah saja. Kita bisa belajar dari aksi nyata orang-orang di sekitar kita atau yang kita jumpai di kehidupan sehari-hari seperti halnya pedagang. Dari seorang pedagang kita dapat mengamati bagaimana mereka melakukan transaksi jual beli dan bernegosiasi dengan pelanggannya, sehingga kita bisa mendapat pengetahuan dari mereka tentang nilai-nilai kejujuran seperti tidak mengurangi timbangan dan sebagainya. Selain pedagang, kita bisa belajar juga dari balita yang sedang belajar berjalan, meskipun jatuh dia tak menyerah dan pasti bangkit lagi begitupun seterusnya. Tidak hanya itu, dari seorang balita kita juga bisa belajar tentang besarnya keingintahuan mereka terhadap hal-hal baru sehingga kita harusnya lebih bisa mengeksplor pengetahuan-pengetahuan yang lebih luas. 

 
 "Ah, kamu masih kecil, masih bau kencur!" Sering kita mendengar ocehan tersebut di kalangan masyarakat. 

Perkataan ini seolah-olah meremehkan anak kecil atau seorang yang usianya lebih muda dari kita dengan anggapan bahwa mereka belum banyak mengetahui sesuatu atau belum banyak mendapat pengalaman hidup. 

Saya pun pernah mendengar cerita dari ibu saya ketika keluarga kami baru saja pindah rumah, kemudian nenek saya ikut untuk sambang ke rumah baru dengan mengendarai taxi. Waktu itu kakak saya masih berusia 4 tahun, kata ibu. "Selama di perjalanan masmu itu ngomong terus seperti penunjuk jalan tetapi nenekmu menyuruhnya untuk diam." Namun kata nenek, "Sudah diam saja, nanti pak sopirnya malah bingung  lho." Lalu pak sopir taxi membela kakakku, "tidak apa-apa Bu, benar kok memang anak kecil itu yang hafal dengan jalan." Dari cerita ini perlu kita ketahui bahwa anak kecil memiliki ingatan atau memori yang lebih daripada orang tua. 

Menurut Turgeon, memori sadar akan disimpan otak saat hippocampus matang sempurna. Itulah sebabnya anak kecil belum mampu mengingat dengan jelas sesuatu saat usianya masih di bawah 2 tahun. Namun pada usia 3-4 tahun, ia akan mulai memiliki ingatan tetap tentang sesuatu.

Berdasarkan jangka waktu prosesnya, memori dibagi menjadi : 

1. Memori jangka pendek, yaitu ingatan sesaat akan sesuatu. Jika Si Kecil menerima begitu banyak informasi, ia hanya akan ingat sebagian. Perlu diketahui, ingatan sebagian itu mungkin juga akan hilang jika Anda tidak mengulang informasi yang sama.

2. Memori jangka panjang, adalah memori yang menempel permanen di otak. Ingatan itu akan otomatis muncul begitu Si Kecil mengalami masalah yang relevan sehingga ia dapat menyelesaikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun