Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Invasi Negara China Dalam Percaturan Dunia

8 September 2011   23:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:07 1375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_128911" align="aligncenter" width="600" caption="ilustrasi Kekuatan Militer China (https://assets.kompas.com/data/photo/2009/10/02/3506989p.jpg)"][/caption]

Saat saya pulang kerja, dan melepas lelah dengan membaca surat kabar dan ditemani secangkir kopi hitam yang kental dan hangat serta sebatang rokok kretek. Saya tertarik saat membaca sebuah tulisan di koran Kompas tadi, dengan judul "China Janji Tak Akan Perangi Negara Lain" Awalnya saya menganggap hanya sebuah pernyataan sikap saja dari pemerintah China, namun setelah menyimak tulisan lebih dalam ternyata saat ini China sedang membangun fondasi untuk melebarkan sayapnya ke negara-negara tetangga. Baik itu secara langsung, (politik) ataupun secara tidak langsung (melalui Ekonomi dan Olah Raga) Dewasa ini melalui media masa, mencuat beberapa ketegangan yang ditimbulkan oleh China. Seperti beberapa waktu lalu, saat mereka memperebutkan kepulauan Paracel dan Spratly dengan beberapa negara Asean. Atau juga dengan Taiwan dan Tibet, yang selama ini tetap dianggap sebagai bagian dari provinsi China. Bahkan, mengutip salah satu pernyataan dari Pejabat Kepala Kantor Urusan Luar Negeri China, Wang Yajun. "Kami tidak akan menginvasi, mengekpansi, atau bahkan memerangi negara lain. China tidak akan menyerang, kecuali kami diserang terlebih dahulu," ujar Yajun. (Kompas) Lalu ada pernyataan menarik dari sikap sang negara tirai bambu itu, "Walau kami bersumpah membangun kekuatan pertahanan ini untuk tujuan damai, kami tidak akan pernah membiarkan Taiwan memisahkan diri dari China." Kata Yajun, lagi. Sebuah pernyataan diplomatis namun juga sangat Tegas. Bahwa, China turut serta menjunjung tinggi perdamaian dunia, namun tidak mau sampai provinsi bagiannya, yaitu Taiwan sampai memisahkan diri dari China...

*  *  *

Mungkin karena saat ini "Sang Naga" telah terbangun dari tidurnya selama beberapa dekade. Hingga terlihat lapar, namun tidak agresif. Memang China saat ini tidak dapat disamakan dengan China di era 80an hingga 90an lalu. Sekarang mereka terlihat lebih kuat dalam berbagai bidang, contohnya dalam hal Ekonomi. Saat ini negara mana yang tidak keteteran akibat derasnya produk-produk dari China yang berharga murah dan berkualitas itu memasuki perekonomian mereka. Bahkan, Amerika Serikat sekalipun sempat khawatir kalau sampai produk asal China merajalela di negara mereka, maka industri perekonomian di negeri Paman Sam itu akan goyah. Produk Elektronik China sudah dalam taraf bersaing dengan buatan Korea Selatan maupun Jepang. Karena didukung langsung oleh pemerintahnya sendiri. Hingga saat memasarkan produknya, mereka terkesan berani dengan menawarkan harga lebih murah dibanding pesaing-pesaingnya. Atau karena China pun ingin bernostalgia, seperti saat zaman keemasan mereka di awal abad ke 17. Saat itu Dinasti Qing (walaupun dahulu disebut Manchuria) sangat luas wilayahnya dan salah satu negara paling berpengaruh didunia. Bersaing dengan negara Rusia di utara, dan juga jauh lebih hebat dibanding kekaisaran Jepang yang saat itu masih menutup diri. Dalam bidang olah raga pun, China terlihat begitu mendominasi, terutama selepas milenium ini. Olimpiade terakhir, di Beijing, mereka mengangkangi AS, dengan meraih medali terbanyak. Setelah sebelumnya hanya puas menjadi nomor 2. Begitu juga dengan Basket, invasi rombongan Yao Ming sempat membuat peta persaingan basket di negeri Paman Sam itu goyah, meskipun sekarang telah menurun. Pun, dalam tenis, tentu ada Li Na. Sang juara Grand Slam pertama asal Asia yang berhasil meruntuhkan hagemoni rombongan gadis-gadis Rusia serta duo bersaudara Wiliams, saat perhelatan Rolland Garros di Perancis, Mei lalu. Apalagi dalam bidang politik dan pertahanan. China sekarang sudah jauh lebih maju, dibuktikan dengan armada perang mereka, baik itu darat, laut dan udara yang selalu siaga mempertahankan sejengkal tanah mereka dari ancaman musuh. Teknologi mereka sudah canggih, setara dengan Jepang dan Jerman serta hanya sedikit tertinggal dari Paman Sam. Ada sisi positifnya juga dengan kemajuan China ini, karena akan membuat peta politik dunia akan berubah. Tidak lagi didominasi oleh AS, Eropa Utara maupun Rusia. Bahkan di PBB, diperkuat dengan China sebagai salah satu pemegang Hak Veto.

*  *  *

Di saat dunia sudah jenuh dengan campur tangan Amerika di berbagai negara, seperti Irak, Afganistan, dan baru-baru ini Libya. Kemunculan China dalam ranah politik ibarat angin segar yang mendobrak hagemoni AS dan sekutunya serta Rusia. Sebab akan tercipta tiga kekuatan besar dunia, yang saling berpengaruh namun juga saling berhubungan. Seperti saat zaman Tiga Kerajaan di negara China dahulu. - Amerika Serikat dan sekutunya berada dalam posisi Negeri Wei, yang besar dan kuat pengaruhnya dengan Cao-cao sebagai tokoh Sentral. - Lalu Rusia yang terlihat adem-ayem, namun juga bisa menjadi panas apabila tersulut dalam waktu yang tepat. Dapat diibaratkan dengan Negeri Wu. - Dan China sendiri, dapat dikatakan seperti negeri Shung, yang saat itu dibangun oleh Liu Bei, Zhuge Liang. Nah, karena adanya tiga kekuatan besar yang saling berhadapan itu, maka diantara mereka tidak dapat saling mempengaruhi atau menyulut api peperangan. Ditakutkan apabila dua kubu saling berperang, kubu yang satunya lagi tinggal menunggu bola untuk menjadi pemenang tunggal. Sehingga untuk sementara waktu, perdamaian di dunia ini dapat terjadi.

*  *  *

Lalu apa korelasi antara negara Indonesia dengan China? Tentu saja ada, sebab banyak masyarakat kita yang masih keturunan China (termasuk saya). Dan juga semakin banyaknya warga China yang menginvestasikan uangnya di Indonesia. Belum lagi dengan derasnya barang dari sana yang masuk ke Indonesia dan dikonsumsi secara besar-besaran, bahkan mengalahkan produksi dalam negeri kita. Lalu, karena hubungan antar kedua negara ini saling menguntungkan dan juga sedang hangat-hangatnya dalam menjalin hubungan diplomatik. Seperti saat China bersengketa dengan beberapa negara di Asia Tenggara untuk memperebutkan kepulauan Paracel dan Spratly. Indonesia sama sekali tidak disinggung, karena Indonesia hanya mengklaim sebagian wilayah kepulauan Spratly ke dalam Zona Ekonomi Ekslusif 200 mil pada tahun 1980 sehingga Indonesia merasa berhak atas eksploitasi ekonomi di sebagian kawasan tersebut tanpa perlu mengajukan klaim teritorial. Namun juga tidak ikut-ikutan untuk memperebutkan kepulauan yang kaya hasil bumi itu. Mungkin juga karena China telah belajar dari hubungannya dengan Indonesia yang sempat memburuk hingga kedua negara memutuskan untuk tidak memutuskan hubungan diplomatik antara kedua negara pada 30 Oktober 1967 terkait gerakan PKI. Karena di mata China, Indonesia adalah negara sahabat sekaligus negara yang potensial. Sebab dari zaman keduanya sama-sama saling membutuhkan dan juga Indonesia dapat berperan sebagai penengah apabila terjadi sesuatu antara China dengan beberapa Negara Asean.

*  *  *

Sumber: Kompas edisi kamis, 8 September 2011; BBC news; CNN Asia; Wikipedia; dan Antara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun