Mohon tunggu...
Robert Parlaungan Siregar
Robert Parlaungan Siregar Mohon Tunggu... lainnya -

Sekarang Pemerhati Indonesia Kekinian.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sir Winston Churchill: Pengusaha Bentuk Mal, Sesudahnya Mal Bentuk Manusia Indonesia

24 November 2014   15:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:00 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kata-kata mutiara Sir Winston Chuchill:

We shape our buildings, thereafter they shape us

Dalam 10 tahun terakhir Mal di kota-kota besar di Indonesia menjamur. Mal menjadi pusat kehidupan bangsa Indonesia yang tinggal di perkotaan.

Mal menjamur

Pemerintahan Pusat maupun pemerintahan daerah cenderung lemah, malas: menyerahkan pembangunan kota pada Pengusaha.

Pengusaha sesuai dengan kepentingan dan nilai mereka yaitu mendapatkan keuntungan besar-besarnya, membangun lebih banyak Perumahan Mewah/Apartemen Mewah dan Mal.

Pemerintah bertanggung jawab membangun lebih banyak tempat bermain, taman sesuai dan gedung kesenian mengikuti pertambahan penduduk kota. Yang terjadi malah kebalikannya, tempat-tempat berkumpul diatas berkurang dan sebagian besar dialih fungsikan menjadi Mal dan perumahan.

Tempat berkumpul keluarga

Kurangnya fasilitas tempat bermain, lapangan olah raga dan acara kesenian ditambah daya tarik Mal yang luar biasa mengubah perilaku bangsa Indonesia, terutama yang tinggal di perkotaan.

Sekarang ini rumah dan tempat bermain tidak lagi menjadi tempat pertemuan keluarga. Acara keluarga seperti perayan Hari Ulang Tahun, arisan atau merayakan kelulusan anak hanya berbentuk makan-makan, semakin seringdiselenggarakan di Mal, di restoran atau di hotel.

Untuk mereka dengan keuangan yang pas-pasan pun Mal mulai menjadi pilihan pertama untuk bersenang-senang, setidaknya untuk berjalan-jalan di ruang ber AC dan sedikit berbelanja. Berbelanja di Mal menjadi pilihan, warung/pasar tradisional semakin ditinggalkan.

Mal berperan besar dalam membentuk manusia Indonesia yang hedonis

Tidak terasa Hedonisme semakin meningkat seiring dengan jumlah Mal dan semakin mewahnya Mal di Indonesia. Selain Mal, menjamurnya Hotel dan Rumah makan yang mewah turut berperan dalam peningkatan manusia Hedonis di Indonesia terutama di kota-kota.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Hedonis : Pengikut Hedonisme. Hedonisme : Pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan hidup.

Kegiatan olah raga bagi keluarga maupun perorangan semakin berkurang. Berkurang karena semakin sedikitnya fasilitas Olah Raga dan kurang digalakkannya olah raga sebagai Gaya Hidup.

Menikmati acara Seni atau mengunjungi Museum rasanya tidak ada lagi dalam daftar pilihan acara keluarga.

Bertambah dekatnya Mal kerumah kita dan bertambahnya Mal mewah, berakibat filsafat hidup sederhana semakin ditinggalkan/dilupakan. Semangat menabung manusia Indonesia semakin menipis, menabung bukan lagi gaya hidup untuk banyak manusia Indonesia.

Berganti-ganti ponsel semakin menjadi keharusan dan sudah menular pada mereka dengan keuangan pas-pasan seperti pada keluarga Pengemudi atau Pembantu Rumah Tangga.

Hedonisme sangat mempengaruhi peningkatan korupsi di Indonesia. Semangat kebangsaan menjadi semakin pudar.

Akibat dari peningkatan Hedonisme di Indonesia dapat terlihat dari meningkatnya( dengan pesat) Kegemukan. Kegemukan menurunkan kebugaran bangsa Indonesia.

Kegemukan sangat menonjol pada para remaja kita, bahkan pada tingkat para pemimpin kita baik mereka yang duduk di Pemerintahan, di DPR/DPRD maupun diantara para Tokoh Agama.

Ketahanan Bangsa Indonesia semakin menurun dengan peningkatan Hedonisme ini.

Pemerintah menyerahkan Pembangunan Kota-kota di Indonesia kepada Pengusaha

Pengusaha membentuk MAL

Mal berperan besar dalam membentuk Manusia Indonesia menjadi Manusia Hedonis

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun