Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Negeri yang Meremehkan Safety

24 Februari 2020   16:52 Diperbarui: 25 Februari 2020   16:56 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | sumber gambar: REUTERS/Beawiharta

Di negeri ini kesadaran untuk safety memang rendah. Kita terbiasa mengandalkan nasib baik.

Tiap pagi sering terlihat tukang sayur zigzag dengan motor yang pakai bronjong penuh sayur. Padahal jalanan pagi itu ruwetnya luar biasa. Semua jenis kendaraan tumplek blek di jalan. Tronton, truk, mobil, motor, odong-odong, becak, ontel, semua berpacu dalam melodi, eh... waktu.

Aku enggak pernah bisa sabar kalau sudah berada di tengah-tengah kemacetan. Apalagi kalau ada yang main klakson. Sudah tahu macet kok nglakson. Aku pun misuh, "Budek, Cok!"

Astagfirulloh, betapa kagetnya aku ketika noleh ke belakang, ternyata yang ngelakson seorang kakek dengan rambut yang "ubanfull".

"Mbah, nek isuk-isuk ojok rekreasi nang dalan gede. Macet Mbah." Untung Mbahnya budek. Sori yo, Mbah.

Karena meremehkan safety juga, banyak orang yang mati tersengat listrik. Mereka-mereka yang bergaya Gundala. Sudah tahu nggak ahli listrik, tapi nekat ditangani sendiri. Tanpa pengaman dan pengalaman yang memadai. Gosong jadinya.

Bahkan orang PLN yang sudah paham prosedur dan penanganan listrik pun juga ada yang kesetrum kok. Makanya kalau listrik mati jangan misuhi PLN. Mereka sudah mempertaruhkan nyawa untuk ngurusi listrik. Jadi jangan misuhi mereka: "Bajingan! Listrik mati kok gak ngabari. Peli Listrik Negara!"

Walau sebenarnya konsumen itu raja. Yang penting sudah bayar, nggak mau tahu urusan di balik layar. Tapi tetap jangan misuhi PLN. Kalau terpaksa misuh, misuhlah dalam hati.

Di dunia kerja, masih banyak pabrik yang kondisi mesinnya sudah uzur tapi tetap dipakai. Kalau enggak hati-hati, jari tangan bisa mrotoli.

Kondisinya parah, banyak bagian yang sudah diakali karena spare part-nya sudah enggak diproduksi. Sudah layak masuk museum. Sudah diprospek berkali-kali oleh pengusaha rongsokan besi Madura. Kali aja mau dijual kiloan.

Wis ah.

-Robbi Gandamana-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun