Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Nggak Ada Nabi Yang Mengaku Alim.." [Think Different Ala Cak Nun - 2]

13 Juli 2015   08:48 Diperbarui: 22 September 2015   11:14 93358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan itu tujuannya sederhana, biar kita tidak kesasar saat kembali ke Tuhan. Maka teruslah belajar agar tidak kesasar. Sebenarnya tidak sekolah itu lebih baik tapi tetap ente harus sekolah mblo..!. Karena begitu sekolah kamu lupa dirimu, ketutupan. Begitu kamu sarjana, kamu pikir kamu itu sarjana. Sarjana itu bukan hakikat, bukan wujud, bukan kasunyatan. Sarjana itu cuman kartu parkir. Maka niatkan sekolah untuk membahagiakan orang tuamu. Ngono ae wis dan itu adalah motivasi yang paling tinggi. Cepatlah lulus biar orang tuamu bahagia. Beressss.

 

Demokrasi adalah Diktator Mayoritas

Cak Nun adalah seorang 'pejalan sunyi'. Beliau 'out of the box' dari semua hiruk pikuk duniawi. Sekarang tidak pernah mau tampil di media nasional. Hanya mau tampil di TV lokal, itu pun bukan keinginan Cak Nun. Tapi media yang datang, merekam event dan menyiarkannya.Tanpa transaksi, karena memang tujuannya sodaqoh .

"Saya nggak mau diatur media." kata Cak Nun.

Cak Nun bukan NU juga bukan Muhammadiyah atau yang lainnya. Beliau orang yang fleksibel, bisa menempatkan dirinya di semua kalangan dan aliran. Malah kalangan dan aliran tertentu yang tidak bisa menerima Cak Nun. Menurutnya, agama tidak dianjurkan untuk di-lembaga-kan. Yang penting sebisa mungkin akhlak kita seperti Rasulullah.

Cak Nun tidak pernah jadi anggota sebuah organisasi atau partai politik. Kalau beliau jadi ketua dewan syuro SAR Jogja, itu karena diminta dan alasan kemanusiaan yang nggak mungkin ditolak. Pernah juga jadi anggota ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) atas permintaan BJ. Habibie yang berjanji akan menyelesaikan kasus Kedungombo yang ditangani Cak Nun. Tapi ternyata janji tinggalah janji, Cak Nun pun keluar dari ICMI.

"Saya tidak berpolitik dan jangan sampai ada politisi Indonesia yang boleh masuk dalam pikiran saya, apalagi dalam hati saya, karena syarat rukunnya tidak terpenuhi sama sekali..!" tegas beliau.

"Ahmaq adalah orang yang tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu..orang yg tidak mau mendengarkan, memikirkan dan mempertimbangkan pendapat-pendapat orang lain. Demokrasi di Indonesia adalah salah satu bentuk dari ke-ahmaq-an. sudah berkali-kali tertipu dan menjadi korban, tapi tetap dipakai juga.." kata Cak Nun.

Cak Nun sendiri nggak suka dengan demokrasi (Indonesia). Baginya demokrasi adalah diktator mayoritas. Yang menang adalah yang mayoritas (suara terbanyak), bukan yang benar. Politik kita adalah politik yang tidak mungkin melahirkan pemimpin sejati. Kerikil bisa ditempatkan di maqam-nya berlian, begitu juga sebaliknya. Orang sehebat apapun tidak akan pernah menjadi apa-apa kalau tidak ikut Parpol.

Cak Nun juga menganggap kampanye partai di Indonesia itu aneh. "Kalau ada partai kampanye di depan kader partainya sendiri, itu namanya onani..!"
Partai itu seharusnya kampanye kepada partai yang lain. Kampanye kok di depan anggotanya yang jelas sudah tahu persis misi dan tujuan partai tersebut. Menurut Cak Nun, jargon Pemilu-pun juga salah kaprah (langsung, umum, bebas dan rahasia). "Bebas kok rahasia..kalau rahasia ya nggak bebas..! Ya'opo se rek."

Karena sikapnya yang indepeden itulah Cak Nun sempat dicap sombong oleh sebagian kalangan. Cak Nun menanggapi hal itu dengan santai :
"Saya memang sombong. Harus itu! Sombong kepada dunia itu wajib hukumnya. Yang tidak boleh itu sombong kepada Tuhan. Tapi, kepada dunia, kepada popularitas, kepada semua yang ada di dunia, kepada uang, harta benda, anda harus sombong! Kalau tidak, anda hanya akan jadi budak dunia...!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun