PT INKA mulai memasuki pasar global dengan melakukan transfer teknologi pada tahun 1983. Negara yang pertama kali dituju sebagai negara pendonor teknologi adalah Jepang, Kanada dan Jerman . Pada tahun 1983, PT INKA melakukan penelitian dan pengembangan produksi gerbong barang pertama. PT INKA bersama perusahaan Nippon Sharyo juga melakukan perakitan KRL pada tahun 1987. Pada tahun 1995,PT INKA mengadakan kerja sama dengan Toshiba untuk memproduksi Propulsi Tipe AC (Alternating Current) untuk KRL/KRDE dan pada tahun 2012 mengadakan alih teknologi Air Conditioner (AC).Â
Pada tahun 1997 bekerja sama dengan Hitachi membuat KRL propulsi VVVF. Kerja sama dengan Knoor Bremse perusahaan asal Jerman sebagai pemasok rem kereta produk-produk INKA. Kerja sama dengan Trenton Corp dalam pembuatan gerbong KKBW.
Pada tahun 1991 PT INKA bekerja sama dengan dua perusahaan manufaktur kereta api luar negeri. Pertama adalah Hyundai dalam pembuatan Kereta Rel Listrik untuk wilayah Jabodetabek. Kedua,Kerja sama dengan perusahaan BN Holec Belgia dalam pembuatan Kereta Rel Listrik Jabodetabek.
Pada tahun 1995, PT INKA bekerja sama dengan General Electric dalam pembuatan lokomotif CC 203 serta pembuatan lokomotif ekspor ke Filipina. Pada tahun yang sama PT INKA bekerja sama dengan Alstom dalam pembuatan Bogie Bolsterless untuk rangkaian kereta Argo Bromo Anggrek. Setahun sebelumnya PT INKA bekerja sama dengan Voith Turbo dalam penggunaan transmisi KRD kerja sama dengan Voith dilanjutkan pada 2010 dalam pennggunaan transmisi untuk lokomotif Diesel Hidrolik seri CC 300 milik Direktorat Jenderal Kereta Api.
PT INKA pada tahun 2007 bekerja sama dengan McConway dalam pembuatan coupler gerbong KKBW. Pada tahun 2008 dan 2010 bekerja sama dengan Bombardier dalam pembuatan KRL KFW dan Lokomotif CC 300 menggunakan lisensi TRAXXAsia. Pada tahun 2015 bekerja sama dengan CRRC asal Tiongkok  dalam propulsi LRT Palembang dan CAF asal Spanyol untuk propulsi LRT Jabodebek.
Dalam melihat pasar perkeretaapian dunia. PT INKA membagi-bagi fokus utama pasar yaitu mulai dari pasar ASEAN,Asia Selatan dan Afrika. PT INKA memilih negara-negara berkembang dalam pemasarannya disebabkan lebih mudah melakukan ekspansi pasar dan banyaknya pembangunan infrastruktur perkeretaapian yang sedang dibangun di wilayah-wilayah tersebut sehingga terdapat peningkatan dalam pengadaan sarana kereta api.
Dalam pemasaran produk,PT INKA melihat proyek-proyek pengadaan kereta yang bersifat kereta-kereta antar kota atau intercity serta kereta barang. Sebab dalam pengembangan teknologi, PT INKA berfokus penguasaan kereta berbahan Stainless Steel dan Aluminium, Kereta berkecepatan menengah di atas 120 kilometer per jam dengan narrow gauge, kereta berkecepatan menengah di ats 150 kilometer per jam dengan standard gauge serta kereta berkecepatan tinggi. Apabila dlihat dari sudut pandang teknik,penguasaan teknologi ini jauh kepada kereta-kereta yang bersifat antar kota.
Untuk meningkatkan daya saing,PT INKA menggandeng beberapa perusahaan yang memiliki segmentasi pasar yang baik di berbagai belahan dunia. Untuk saat ini, PT INKA menggandeng Bombardier sebagai mitra kerja untuk pengembangan Kereta Rel Listrik dan Lokomotif. Penggandengan ini merupakan bagian dari strategi INKA dalam melihat kondisi pasar yang ada di kawasan Asia terutama Asia Tenggara. Pasar lokomotif Asia Tenggara hari ini didominasi oleh lokomotif buatan General Electric,Alstom, Siemens,Hyundai Rotem, dan CRRC. PT INKA melihat bahwa Bombardier adalah mitra yang baik bagi pasar Lokomotif dan Metro disebabkan Bombardier mampu meraih 17% pasar tersebut.
PT INKA menjadi salah satu perusahaan yang dijadikan Indonesia sebagai sasaran ekspor utama Indonesia ke luar negeri dalam produk High Technology. Sedikitnya negara-negara yang memiliki perusahaan kereta api sendiri terutama negara berkembang dijadikan peluang bagi Indonesia dalam menyebarkan produk-produknya di pasar-pasar tersebut.Â