Mohon tunggu...
Randy Mahendra
Randy Mahendra Mohon Tunggu... Penulis - Warga Biasa

Warga Biasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Review Of Mice and Men", Manusia dan Mimpinya

21 Januari 2019   10:57 Diperbarui: 21 Januari 2019   11:14 863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mulai terlihat relasi hubungan antara George dan Lennie, bagaimana George seringkali harus direpotkan oleh Lennie yang bertingkah seperti anak kecil. Pada dasarnya hubungan mereka tak seimbang. Justru karena hal itulah karakter mereka begitu memikat. 

Seperti melihat sesuatu yang aneh di antara pekerja yang tak punya harapan. Tapi yang paling membekas dari novel ini adalah, ketika mereka sering mengkhayalkan  masa depan, tentang mimpi mereka untuk punya tanah dan peternakan sendiri. 

Lannie menyela. "Tapi kita tidak begitu? Dan kenapa? Sebab... sebab ada kau yang bantu aku dank au punya aku buat membantumu, dan itu sebabnya."  (hal 24)

Dalam narasi itu, kita menemukan humor  dan ironi campur jadi satu sekaligus. Dialog itu sering diulang dan menghasilkan repetisi yang makin ironi. Mereka percaya, bahwa mereka tidak seperti pekerja lain, yang kerja sebulan penuh, dan pada akhir bulan menghabiskan uang di tempat  bordil. Sebab, mereka punya mimpi. Itulah yang membedakan mereka dengan pekerja lain: mimpi.

Atau hanya George yang punya mimpi? Sebab tampaknya Lennie tak tertarik dengan khayalan George tentang tanah, dan peternakan yang luas, dan rumah mewah, kecuali dipojok peternakan itu, Lennie  mendapat tugas merawat kelinci, dan  bebas mengelus-elus bulu kelinci sepanjang hari.

"Oke. Suatu hari nanti... kita akan kumpulkan semua uang dan kita akan punya rumah kecil dan beberapa hektar tanah dan sapi dan beberapa babi dan..." (Hal 24)

Apakah akhirnya mimpi mereka berhasil terwujud? Selanjutnya adalah tugas pembaca untuk menuntaskanya sendiri. Saya tidak mau memberi terlalu banyak spoiler. Saya percaya, ada akhir cerita yang sebaiknya ditemukan sendiri oleh pembaca. Katakanlah, sebuah hadiah bagi ketelatenan membaca sebuah cerita dari awal sampai akhir.

Tapi sebelum saya mengakhiri tulisan ini, ada hal yang menjadi perhatian saya dalam novel ini. Hal itu adalah relasi. Selain relasi yang unik dan konyol antara George dan Lennie, yang tak kalah membikin saya heran adalah relasi antara Candy pekerja tua dan anjing tua yang ditemukannya. Candy adalah pekerja tua yang cacat. Dia cuma punya satu tangan. Anjing yang dipelihara oleh Candy itu sudah tua,  dan bau.

"Yah, aku tidak tahan dia ada di sini," kata Carlson. "Baunya terus mengambang sekalipun dia sudah pergi." Ia berjalan dengan langkah berat dan menunduk ke arah si anjing. "Tak punya gigi," katanya. "Badannya kaku karena rematik. Dia tidak berguna buatmu, Candy. Dan dia tidak berguna buat dirinya sendiri. Kenapa tidak kau tembak saja dia, Candy?"

Carlson yang tinggal di kamar bersama Candy, menyuruhnya untuk membunuh saja anjing tua itu karena sudah tidak berguna. Anjing itu akhirnya dibunuh, setelah berdebat panjang dengan Candy. Dan yang membunuhnya tentu saja bukan Candy. Dahulu, anjing tua itu adalah anjing yang kuat. Menggembalakan ternak. Tapi karena anjing itu sudah tua, maka anjing itu sudah tak berguna.

Seperti metafora tentang manusia yang terjebak dalam kerja dan kehendak industri, di mana  setelah mereka tak berguna, mereka akan dipecat  dan diganti pekerja yang lebih  muda dan segar. Candy punya simpati yang tinggi terhadap anjing itu, karena mengingatkan  pada nasibnya sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun