Mohon tunggu...
Rizky Umul NF
Rizky Umul NF Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Terpanggang di Bumi Sendiri

8 Februari 2018   21:14 Diperbarui: 8 Februari 2018   21:53 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari : https://www.banglainsider.com/health/7133

Perubahan iklim menjadi salah satu masalah lingkungan hidup dan mengancam kelanjutan ekosistem makhluk hidup di dunia. Akhir - akhir ini isu perubahan iklim yang sedang menjadi sorotan dan perbincangan di khalayak ramai adalah pemanasan global (global warming). Pengertian pemanasan global menurut Natural Resources Defence Counciladalah kondisi peningkatan suhu rata - rata permukaan bumi akibat konsentrasi gas rumah kaca yang berlebih. Pemanasan global juga terjadi karena adanya pencemaran udara dalam skala besar di atmosfer. 

Volume peningkatan gas karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya yang dikeluarkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, pembukaan lahan, pertanian dan aktivitas manusia juga mengakibatkan peningkatan pemanasan global. Hal ini terjadi sejak revolusi industri yang membangun sumber energi yang berasal dari batubara, minyak bumi dan gas yang membuang limbah gas di atmosfer seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan dinitrogen oksida (N2O). 

Matahari juga menghasilkan radiasi panas yang ditangkap oleh atmosfer, sehingga udara di bumi bersuhu nyaman bagi kehidupan manusia. Apabila kemudian atmosfer bumi dijejali gas, terjadilah efek selimut seperti yang terjadi pada rumah kaca, yakni radiasi panas bumi yang lepas ke udara ditahan oleh selimut gas, sehingga suhu bumi naik dan menjadi panas. Semakin banyak gas dilepas ke udara, semakin tebal selimut bumi, semakin panas pula suhu bumi.

Menurut penelitian, pemanasan global terjadi disebabkan oleh peningkatan suhu. Pada tahun 2016, suhu rata-rata permukaan Bumi mencapai rekor tertinggi selama tiga tahun berturut-turut sejak pencatatan dimulai pada tahun 1880. Suhu rata-rata global 1,1 derajat Celcius di atas sebelum era industri dimulai. Menurut World Meteorological Organisation (WMO), angka tersebut juga 0,06 derajat Celcius lebih tinggi dibanding suhu rata-rata pada tahun 2015. Sebanyak 16 dari 17 rekor suhu terpanas telah terjadi pada Abad ke-21. 

Es di Arktik menyusut menjadi 4,14 juta kilometer persegi pada tahun 2016, kedua terendah setelah tahun 2012 dengan luas es hanya 3,39 juta kilometer. Menurut perkiraan, Samudra Arktik akan bebas dari es di musim panas pada awal tahun 2030. Di bagian Arktik Rusia, suhunya 6 hingga 7 derajat Celcius lebih tinggi dari rata-rata. Di Antartika, es lautnya mencapai tingkat terendah yang pernah tercatat oleh satelit pada saat musim panas. Gletser berketinggian menjulang, mencair hingga ketinggiannya mencapai permukaan pada tahun 2015.

Pemanasan global disebabkan juga oleh konsentrasi gas karbon dioksida (CO2). Konsentrasi tiga gas paling potensi penyebab gas rumah kaca, yakni karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrous oxide (N2O), mencapai tingkat tertingginya pada tahun 2016. Untuk pertama kali dalam sejarah, jumlah CO2 di atmosfer mencapai rata-rata 400 ppm pada 2015. Banyak ilmuwan iklim menyetujui bahwa konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer harus dibatasi pada 450 ppm CO2. 

Angka tersebut merupakan batas yang disetujui dalam Kesepakatan Paris. Emisi gas rumah kaca yang dihasilkan bahan bakar fosil diperkirakan akan tetap stabil sejak tahun 2016, bahkan saat ekonomi global tumbuh. Tapi agar target Kesepakatan Paris sebesar 2 derajat Celcius bisa terpenuhi, konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer harus turun. Sementara itu, para ilmuwan memperingatkan adanya peningkatan gas metana, yang memiliki efek pemanasan jauh lebih kuat dibanding CO2 di atmosfer. Yang mengakibatkan suhu bumi akan terus bertambah naik seiring waktu.

Selain itu, kenaikan permukaan air laut menjadi akibat dari pemanasan global.  Kenaikan permukaan laut disebabkan karena es yang ada di kutub utara maupun selatan meleleh sehingga permukaan air kian meluas. Tingkat permukaan air di dunia 70 milimeter lebih tinggi pada 2015 dibanding rekor sebelumnya yang tercatat pada tahun 1993. Angka tersebut menunjukkan bahwa permukaan air naik 30 persen lebih cepat dalam hanya dalam 10 tahun dibanding dekade sebelumnya. 

Kecepatan peningkatan permukaan air laut itu diperkirakan akan jauh lebih cepat karena lapisan es dan gletser melepaskan massa, mengancam rumah dan mata pencaharian puluhan juta orang di daerah dataran rendah di seluruh dunia. National Oceanic and Atmospheric Administration mengatakan bahwa permukaan laut di seluruh dunia akan lebih tinggi 0,3 hingga 2,5 meter pada tahun 2100. Menurut sebuah studi, melelehnya es di Antartika akan berkontribusi pada peningkatan permukaan air laut hingga 1 meter.

Peristiwa ekstrem juga menjadi akibat dari pemanasan global. Menurut World Meteorological Organisation (WMO), mungkin untuk mendemonstrasikan dengan jelas hubungan antara perubahan iklim akibat ulah manusia dan banyak kejadian ekstrem akibat gelombang panas. 

Berdasarkan pernyataan sejumlah peneliti, kejadian ekstrem terkait perubahan iklim seperti kekeringan, kebakaran hutan, banjir, dan badai, telah berlipat ganda sejak 1990. Misalnya saja angin topan yang menerjang China, Taiwan, Jepang, dan Semenanjung Korea meningkat 12 hingga 15 persen sejak tahun 1980. Menurut World Bank, bencana alam membuat 26 juta orang jatuh ke dalam kemiskinan dan menyebabkan kerugian tahunan sekitar US$ 520 juta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun