"Ini bukan tentang balas dendam, Ini tentang keadilan karena tidak ada satu pun privilege yang boleh kebal dari hukum."
Sleman, 24 Mei 2025 Hari itu, Argo, mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM), tidak pernah sampai di rumah. Dalam perjalanan pulang dari kampus, ia menjadi korban kecelakaan lalu lintas. Sepeda motor yang dikendarainya ditabrak dari belakang oleh sebuah mobil BMW yang dikemudikan oleh sesama mahasiswa UGM. Argo meninggal dunia di tempat kejadian. Duka mendalam menyelimuti keluarga Argo, khususnya sang ibu yang membesarkannya seorang diri setelah suaminya wafat ketika Argo masih kecil. Argo dikenal sebagai anak sulung yang berprestasi, penuh semangat, dan memiliki banyak mimpi besar. Namun semuanya sirna dalam sekejap, bukan karena penyakit atau usia, tetapi karena kelalaian yang seharusnya bisa dicegah.
Beredar kabar bahwa pelaku mengemudi dalam pengaruh alkohol. Namun, Polres Sleman membantah dugaan tersebut dengan menyatakan bahwa hasil pemeriksaan urine menunjukkan hasil negatif. Hingga kini, pelaku belum ditahan dengan alasan masih dalam proses penyelidikan. Hal ini menimbulkan gelombang keresahan dan ketidakpercayaan dari masyarakat, terutama civitas akademika UGM dan netizen yang mengikuti perkembangan kasus ini di media sosial. Banyak yang mempertanyakan apakah proses hukum berjalan adil? Apakah ada privilege yang melindungi pelaku?
Publik mendesak agar UGM tidak tinggal diam. Kampus sebagai institusi pendidikan ternama di Indonesia diharapkan bersuara, bertindak, dan menegakkan nilai moral serta etika yang diajarkannya."UGM harus bicara, UGM harus bertindak. Polisi harus mengusut tuntas. Kita semua harus ikut menjaga, agar tidak ada lagi Argo berikutnya," ujar salah satu rekan korban yang menggelar aksi solidaritas di Bundaran UGM. Kasus ini menyisakan luka mendalam, namun juga memicu gelombang kesadaran: bahwa keadilan adalah hak semua orang, tanpa memandang latar belakang, kekuasaan, atau status sosial.
Argo telah pergi, namun perjuangan untuk menuntut keadilan atas kematiannya masih terus berjalan. Ini bukan soal kebencian, tetapi soal keberanian menghadapi sistem yang tak boleh tunduk pada kekuasaan,karena tidak boleh ada satu pun nyawa hilang sia-sia hanya karena seseorang merasa lebih besar dari hukum. Neagara kita adalah negara hukum, setiap orang harus sama di hadapan keadilan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI