Perpisahannya dengan Kota Langsa memang penuh drama. Mengapa penuh drama? Karena harusnya Syaridin sudah kembali menjadi bagian dari SKPA terhitung sejak Pilkada Aceh 2024 selesai.
Artinya, ketika Walikota dan Wakil Walikota Langsa Terpilih sudah ditetapkan oleh KIP Kota Setempat, maka dengan asumsi dua bulan kemudian harusnya Syaridin sudah melepas jabatannya dan kembali menjabat sebagai Kepala BPKSDM Aceh.
Artinya lagi, Jeffry-Haikal sudah dilantik sebagai Walikota dan Wakil Walikota Langsa periode 2025-2030.
Namun, dramatis sekali didalam tubuh DPRK Langsa sehingga banyak penundaan hingga membuat Syaridin harus bertahan lebih lama dan lebih banyak sabar menghadapi banyak cerita di Kota Jasa ini.
Tapi, hujan turun di sore Jumat, 23 Mei 2025 tak perlu berkilah banyak rasa bahagia berkumpul dihalaman DPRK Langsa. Saksi bisu para kolega, pendukung Jeffry-Haikal telah meraih kemenangannya.
Bagiku, Hujan yang turun sore itu adalah sebuah perpisahan, mungkin bapak tak merasakannya, tapi "Aku merasakannya" ini sebuah perpisahan yang membuatku sedih sekali.
Bagiku, Syaridin sudahlah seperti Ayah sendiri, kami tak banyak bicara, tak banyak bercerita, tapi sosoknya adalah ayah keduaku.
"Orang-orang pasti bilang ini cuma menjilat," tapi, mereka semua juga tidak tahu terlalu dalam bahwa aku sendiri sudah menyayat tanganku untuk tak bercerita, berteriak ditelinga Syaridin ketika dia di Kota Langsa.
Disela akhir acara, Sosok Syaridin dengan dasi merahnya, jas hitam, kupiah khasnya bersiap untuk segera pergi dari lokasi dan menyelesaikan segala urusannya.
Kusambut dengan tujuan salam perpisahan dan peluk hangat. Disela-sela perpisahan itu aku sendiri tak sanggup menahan air mataku. Suara kecil tersedu-sedu hingga air mataku jatuh runtuh diantara rintik hujan.
Bahkan langitpun tahu mana sosok yang harus ditangisi dihari Jumat, 23 Mei 2025.