Mohon tunggu...
Rizky Yunita Eka Prasetyo
Rizky Yunita Eka Prasetyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

-

Selanjutnya

Tutup

Nature

Krisis Iklim Picu Peningkatan Konflik Satwa Liar-Manusia

19 Mei 2023   01:18 Diperbarui: 20 Mei 2023   15:19 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Krisis iklim ternyata ikut berkontribusi dalam peningkatan konflik antara manusia dan satwa liar. Beberapa dari kita mungkin tidak asing dengan kasus gajah Sumatera menerobos ladang warga di Sumatera Barat, orang utan memasuki pemukiman di Kalimantan Timur, hingga paus bungkuk yang bertabrakan dengan kapal di pantai timur Baja California. 

Konflik tersebut menjadi contoh kecil dari banyaknya kasus serupa di dunia, sehingga perlu adanya langkah pencegahan yang tepat untuk menanganinya. Untuk itu perlu pemahaman terkait latar belakang maraknya konflik antara manusia dan satwa liar yang hingga saat ini belum menunjukkan tanda akan mereda.

Konflik satwa liar dan manusia dapat didefinisikan sebagai interaksi langsung antara manusia dan satwa liar yang memiliki akibat negatif bagi salah satu atau keduanya. 

Berdasarkan studi terbaru yang diterbitkan di Nature Climate Change, para peneliti menemukan fakta bahwa konflik satwa liar dan manusia meningkat empat kali lipat dalam 10 tahun terakhir dibandingkan dengan dua dekade sebelumnya akibat krisis iklim. 

Penelitian ini mengamati 49 kasus konflik antara manusia dan satwa liar di setiap benua kecuali Antartika dan di lima samudra, sekaligus melibatkan semua kelompok satwa liar (burung, mamalia, ikan, reptil dan invertebrata).

Dalam penelitian ini disebutkan bahwa 80% dari kasus yang diteliti dipicu oleh perubahan suhu dan curah hujan yang tak menentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa krisis iklim menjadi penyebab utama yang memicu konflik satwa liar dan manusia. 

Sedangkan, jika dilihat dari segi dampak akibat konflik satwa dan manusia didapat hasil, antara lain 43 % dari kasus yang diteliti dapat menyebabkan cedera atau kematian pada manusia, 45% dari kasus yang diteliti menyebabkan cedera atau kematian pada satwa liar dan 45% kasus yang diteliti menyebabkan kerugian berupa kehilangan hasil ternak dan pertanian.

Adanya krisis iklim di beberapa tempat ini mengakibatkan terjadinya perubahan area jelajah, ketersediaan pakan, dan kondisi pakan yang tidak mendukung. Keadaan tersebut memaksa hewan liar dan manusia menjelajahi kawasan baru yang untuk bertahan hidup. Akibatnya, posisi manusia dan satwa liar menjadi lebih dekat sehingga mendorong peningkatan konflik satwa liar dan manusia. 

Hal ini diperkuat dengan studi lain yang menyatakan bahwa, aktivitas satwa liar mencari sumber pakan lain di luar habitat aslinya diduga akibat perubahan habitat (habitat change) dan perubahan iklim (climate change), sehingga dapat memicu ancaman zoonosis, penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia, maupun peningkatan konflik manusia-hewan (humanwildlife conflicts) (Wolfe et al. 2005).

Konflik manusia dan satwa liar ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tapi di hampir seluruh bagian daratan bumi. Berikut beberapa contoh konflik satwa liar dan manusia akibat perubahan iklim di seluruh dunia.

  • Di Kutub Utara terjadi perubahan iklim yang berdampak pada pengurangan jumlah es laut. Akibatnya wilayah jelajah beruang kutub menjadi sempit dan akhirnya mendorong beruang kutub berburu makanan di pemukiman warga. Hal ini mendorong terjadinya konflik warga lokal dan beruang kutub. Interaksi manusia dengan beruang kutub meningkat tiga kali lipat di kota Churchill, Kanada, Manibota, yang dikenal sebagai "ibukota beruang kutub dunia" di tahun 1970 dan 2005.
  • Di Tanzania terjadi krisis iklim yang menyebabkan banjir melanda daerah tersebut. Akibatnya, para warga dan singa mengungsi ke tempat yang jauh dari banjir. Hal ini memungkinkan interaksi warga dan singa yang mendorong terjadinya kasus serangan singa terhadap manusia.
  • Kemudian di Australia, Peningkatan suhu membuat perubahan perilaku pada beberapa satwa, seperti ular bisa coklat (Pseudonaja textilis). Kondisi yang lebih panas membuat ular bisa coklat semakin agresif dan menyebabkan meningkatnya insiden gigitan ular ke manusia.
  • Tidak hanya di daratan, kenaikan suhu di laut membuat sekelompok hiu di Afrika Selatan sering terlihat di daerah pesisir pantai. Hal ini menjadi salah satu faktor yang mendorong peningkatan serangan hiu ke manusia.
  • Kasus kebakaran hutan setelah kekeringan akibat El nino di Sumatera. Peristiwa ini membuat beberapa satwa, seperti gajah Sumatera dan Harimau Sumatera mencari habitat baru. Akibatnya, hewan liar tersebut masuk ke pemukiman warga untuk mencari makan. Konflik satwa dan manusia ini pernah terjadi di Aceh, Sumatera, yang mengakibatkan seorang petani tewas diinjak kawanan gajah liar yang memasuki kebunnya.
  • Bedasarkan Data Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh pada periode Januari-Oktober 2022 tercatat beberapa kasus konflik manusia dengan gajah Sumatera. Sedangkan pada 2021, tercatat 145 kasus konflik gajah sumatera dengan manusia. Data lain dari BKSDA Aceh juga mencatat pada tahun 2017-2021, terjadi konflik harimau Sumatera dan manusia sebanyak 76 kali. Umumnya, harimau memangsa ternak atau masuk ke kebun masyarakat.

Melihat tingginya kasus konflik satwa liar dan manusia di seluruh dunia, kita harus memahami keterkaitan antara krisis iklim dengan konflik satwa liar-manusia agar dapat meminimalisir dampak dari konflik tersebut. Selain itu, perlu adanya antisipasi dan langkah pencegahan yang tepat agar kemungkinan terjadinya konflik satwa liar dan manusia ini dapat ditangani sehingga kerugian yang disebabkan dapat diminimalisasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun