Mohon tunggu...
Rizki Muhammad Iqbal
Rizki Muhammad Iqbal Mohon Tunggu... Penulis - Suka makan ikan tongkol

Hari ini adalah besok pada hari kemarin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Antonim" Kehidupan dan Segala Permasalahannya yang Turut Andil dalam Membentuk Moral Manusia

18 Juni 2019   12:27 Diperbarui: 18 Juni 2019   14:24 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehidupan ini tidak pernah monoton. Selalu saja ada permasalahan-permasalahan kehidupan yang mengakar, sulit dipecahkan, dan bahkan telah menjadi kebiasaan sehingga kita sering mengabaikannya walaupun masalah tersebut dalam intensitas yang kecil namun berpengaruh pada moral manusia. Demoralisasi umumnya terjadi karena faktor lingkungan, bisa lingkungan internal ataupun eksternal. Dalam lingkungan internal, lingkungan keluarga memegang kunci pendidikan moral dan kepribadian seseorang. Sedangkan untuk lingkungan eksternal, lingkungan sekolah, pertemanan dan pergaulan akan mendominasi dan sangat berpengaruh pada moral manusia.

Pendidikan formal di sekolah tidak cukup mampu membina dan membentuk karakter seseorang menjadi lebih beradab jika tidak diimbangi dengan pengawasan keluarga dan lingkup pertemanan yang positif. Di samping kehidupan di sekolah dan masyarakat, keluarga tentu memiliki peran penting untuk membina anaknya dalam pendidikan moral agar tidak terjadi hal-hal yang menurunkan martabatnya sebagai manusia yang bermoral.

Moral manusia akan membentuk kepribadiannya juga. Lama-lama, kepribadian seseorang tersebut akan membentuk suatu rasa kemanusiaan yang tinggi pula. Kita sering berpikir bahwa hidup ini tidak adil. Seringkali kita melihat tumpang-tindihnya kehidupan manusia. Sebagai contoh, misalnya seorang pemulung yang hidup sebatang kara sedang memunguti sampah di dekat keluarga yang kaya raya. Jika hidup adalah sebuah pilihan, bukankah kita tidak dapat memilih akan terlahir dari keluarga, suku, ras, dan agama apa? Misalnya sang pemulung terlahir miskin dari keluarga yang miskin pula. Sedangkan seorang yang kaya raya tersebut terlahir sebagai orang kaya dengan orang tua yang berada. Rupanya, perbedaan kelas sudah ada sejak kita terlahir sebagai manusia. 

Contoh lain, masih tentang perbedaan kelas sejak manusia lahir. Misalnya ada seorang anak yang sejak lahir tanpa orang tua, dia tinggal di jalanan dan untuk makan saja ia harus mengamen atau bahkan mengemis. Sedangkan, di lain sisi ada kehidupan seorang anak dari keluarga berada yang mampu bersekolah. Masih banyak lagi persoalan kehidupan yang mampu membuka pikiran kita bahwa hidup ini memang tidak adil. Namun hal ini bukan berarti si kaya menjadi lebih bermoral daripada si miskin. Problematika kehidupan sering membuat seseorang menjadi lebih beradab dan mampu membuka mata lebih lebar tentang arti kehidupan. Umumnya, permasalahan kehidupan juga memiliki peran yang signifikan dalam membentuk moral dan kepribadian manusia.

Jika kita kembali pada pokok permasalahan kehidupan yang sudah dititipkan Tuhan sejak manusia lahir, ada satu pertanyaan yang mengelilingi pikiran kita. Apakah kehidupan ini adil? Katanya Tuhan maha adil? Ketika kita melihat dari sudut pandang manusia, kita akan berpikir bahwa kehidupan ini tidak adil walaupun seringkali kita membohongi pikiran kita sendiri dengan mengatakan bahwa kehidupan ini adil. Namun jika kita melihat penafsiran dalam ilmu agama, Tuhan yang maha adil menciptakan kehidupan ini adil. Apakah akal kita tidak cukup mampu menerima maksud dari Tuhan tersebut?

Menurut saya, kehidupan yang adil bukanlah sebuah obyektivitas, namun lebih kepada subyektivitas. Kehidupan yang adil adalah sebuah psikologis pikiran dan hati, bukanlah adil dalam sebuah kejadian atau peristiwa kehidupan. Psikologis pikiran dan hati tersebut dapat menanggulangi rasa ketidakadilan secara subyektivitas hanya dengan moral dan kepribadian seseorang. Mereka yang bermoral dan berkepribadian dapat mengolah rasa dan logika mereka terhadap peristiwa yang secara sudut pandang manusia itu tidak adil. 

Orang yang tidak bermoral dan berkepribadian pasti akan terbawa arus negatif sehingga membuat orang tersebut lenyap dalam kemurungan dan menyerah terhadap keadaan serta mengira bahwa Tuhan tidak adil dalam kehidupan manusia. Setiap orang yang merasa bahwa hidupnya paling sengsara, paling terpuruk dan masalahnya paling besar daripada manusia lainnya, pasti dia adalah manusia yang tidak memiliki moral yang cukup dan tidak berkepribadian. Akibatnya, orang tersebut akan larut dan hidup dalam ruang kehidupan yang suram. Inilah yang menyebabkan demoralisasi terjadi secara besar-besaran, seolah-olah manusia yang diciptakan dengan akal yang sempurna tidak mampu menghadapi titik tolak pada permasalahan yang ia alami.

Kehidupan dan segala permasalahan alaminya turut andil dalam pembentukan moral dan kepribadian manusia. Setiap takaran permasalahan manusia itu berbeda-beda, terutama pada cara manusia memandang kehidupan melalui sudut pandang yang berbeda. Tuhan menciptakan kehidupan beserta teka-teki filosofinya untuk menguji akal dan hati manusia. Hanya diri sendiri yang mampu berpikir dan merenung tentang apa yang sebenarnya kehidupan ini inginkan. Manusia tidak bisa jika hanya bersabar, namun diam tanpa melakukan apa-apa. Sabar yang dimaksudkan oleh kehidupan adalah sabar dan tetap berusaha melawan arus negatif yang mampu membawa seseorang pada jurang kesuraman.

Masalah kehidupan dapat membuat pikiran kita terbuka lebar (open mind) dalam melihat inti permasalahan. Kemudian, manusia dapat berpikir lebih maju dalam menyelesaikan masalah karena sebuah keterdesakan. Keterdesakan tersebut membuat manusia seringkali bergerak dan berusaha walaupun sekian kali menemui kegagalan. Kegagalan itu akan membuat manusia untuk menyelami pokok permasalahan tentang apa yang sebenarnya menjadi masalah dalam hidupnya. Dari keterbukaannya terhadap kekuatan negatif yang datang dari dalam maupun luar dirinya itu secara tidak sadar sudah mampu membentuk moral dan kepribadian  ke arah yang lebih positif. 

Moralitas yang positif akan mampu membuat manusia menjadi lebih maju dengan pemikiran serta pengalaman hidupnya. Tuhan menciptakan sebuah 'antonim' kehidupan pada setiap individu demi terbentuknya moral dan kepribadian manusia, namun seringkali manusia acuh dan tidak mau berpikir serta tidak ada niat untuk menyelesaikannya, walaupun dia sering merasa terpuruk dan penyesalan hidup yang seringkali menghantuinya.

Pendidikan keluarga, pendidikan sekolah, lingkungan pertemanan, permasalahan kehidupan, dan lain sebagainya secara tidak langsung telah bekerja sama dalam rangka pembentukan revolusi diri. Kita mampu menengok ke dalam diri sendiri dengan hidup sebagai manusia yang bermoral, berkepribadian dan berbudi pekerti. Tuhan telah menciptakan logika dan rasa bagi manusia untuk lebih memahami arti kehidupan. Manusia dengan moral dan kepribadian yang tinggi akan membawa manusia melangkah lebih maju dan menjadi individu yang merdeka dengan rasa kemanusiaannya yang lebih peka terhadap setiap persoalan yang ada.

iqbalrm260300@gmail.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun