Mohon tunggu...
Rizkhi Aswariyan
Rizkhi Aswariyan Mohon Tunggu... Lainnya - Hello!

A 25-year-old girl who tries to express her thoughts through writing.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hargai dan Syukuri, Kesadaran Diri di Tengah Pandemi

18 Mei 2020   11:43 Diperbarui: 18 Mei 2020   11:43 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Koleksi Pribadi Penulis

Besok kalau sudah tidak ada Corona aku mau ...

Kelak saat semua sudah kembali normal saya ingin ...


Mungkin banyak dari kita yang sudah merencanakan banyak hal untuk dilakukan kelak ketika pandemi COVID-19 ini sudah berakhir. Ya, semua itu normal dan wajar. Sembari menunggu akhir dari pandemi, mari kita merefleksi sesuatu dari sini.

Suatu ketika saya harus berangkat ke kantor untuk melaksanakan tugas piket. Sepulang dari kantor, di perjalanan saya bertanya-tanya, “Kenapa saya merasa sangat bahagia?” kemudian akhirnya saya mengetahui, bahwa bisa keluar rumah dan bertemu dengan teman-teman membuat saya merasa senang dan bahagia.

Manusia sebagai makhluk sosial memang benar adanya. Dengan hanya bertemu teman-teman (dengan tetap menjaga jarak), hanya dalam kurun waktu yang sebentar saja, bisa membuat saya sebahagia itu (saya benar-benar merasa sangat senang).

Hal ini membuat saya tersadar, hal sekecil itu bisa menjadi sumber kebahagiaan di situasi seperti sekarang ini. Ya, hal sekecil itu, karena sebelum semuanya seperti sekarang, di saat semua masih berjalan normal, saya sering mengeluh. Mengeluh karena bosan dengan kegiatan yang begini-begini saja. Mengeluh karena capek bekerja, capek ini, capek itu.

Sekarang? Rasa-rasanya saya sangat ingin merasakan semua itu kembali. Bukankah kita semua demikian? Kita rindu rutinitas dan kegiatan sehari-hari. Kegiatan-kegiatan yang sebelumnya kurang kita hargai.

Kita rindu bertemu dengan keluarga, teman-teman, rekan kerja, dan orang-orang. Kita rindu melihat keramaian. kita rindu berkumpul. Kita rindu ‘sibuk’.

Disinilah pandemi membuat saya berfikir bahwa hal-hal yang setiap hari kita lalui dan orang-orang yang hadir dalam keseharian kita adalah anugerah dari Tuhan yang seringkali tidak kita sadari. Memang benar, sesuatu terasa lebih berharga saat kita tidak lagi memilikinya. Memang benar, saat ini nikmat itu sedang ditangguhkan Tuhan.

Melalui tulisan singkat ini saya mengajak teman-teman Pembaca (terutama diri saya sendiri), untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas nikmat dan anugerah yang selama ini Dia berikan. Sembari tetap memohon dan meminta kepada-Nya agar semua kembali normal, semua kembali seperti semula, semua kembali ceria dan bahagia.

Dan jangan lupa, tetap lakukan dan kobarkan semangat #StayAtHome #SocialDistancing #PhysicalDistancing #DiRumahSaja #JagaJarak. Semua demi diri kita, demi keluarga, demi teman-teman, dan juga demi Indonesia.

Besok kalau sudah tidak ada Corona aku mau lebih menghargai segala hal yang terjadi,

Kelak saat semua sudah kembali normal saya ingin lebih mensyukuri nikmat Tuhan dan segala hal yang ada pada diri,

Sekarang dan nanti, saya akan lebih menghargai dan mensyukuri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun