Mohon tunggu...
rizal muadhoni
rizal muadhoni Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Persepsi Orangtua terhadap Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19

18 April 2022   23:55 Diperbarui: 19 April 2022   00:08 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PERSEPSI ORANGTUA TERHADAP PEMBELAJARAN DARING DI MASA PANDEMI COVID 19

Rizal Muadhoni

Risaltemon3@gmail.com

Mahasiswa BK FKIP UKSW Salatiga

Abstrak

Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk melihat kondisi masalah sosial kususnya orangtua yang terjadi tengah pandemi covid 19. beberapa orangtua siswa di desa watuagung. beranggapan bahwa pembelajaran di masa pandemi ini sangatlah kurang baik, indikasi dari sumber khususnya orangtua beranggapan bahwa proses daring ini bukan malah membantu tapi malah menambah biaya,seperti pembelian kouta dan kebetuhan yang lainnya. 

Tulisan ini merupakan belajar kuantitatif yang di perhatikan untuk menganalisa tanggapan terkait kegiatan pembelajaran daring. Sampel dari penilitian ini adalah orangtua siswa yang berada pada desa watuagung sebanyak 35 0rang. Penarikan sampel menggunakan teknik ( propotional stratitified random sampling. instrumen yang di gunakan yaitu jenis skala sikap.

Kata Kunci: persepsi orangtua, pembelajaran daring.

PENDAHULUAN

  • Memasuki tahun 2020 dunia khususnya negara Indonesia dikejutkan dengan menyebarnya virus yang sangat mudah menular yang bernama COVID 19 (Corona Virus Disease). Dari hal tersebut pandemi ini menghambat berbagai sector khususnya perekonomian. 

  • Tak hanya itu, dari sektor pendidikan mengalami perubahan yang sangat besar. Kini di Indonesia sendiri memiliki wajah yang baru dan sistem pendidikan yang baru dari sebelum pandemi, sistem tersebut menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Mengacu pada surat edaran Kemendikbud No. 40 tahun 2020 tentang kebijakan pelaksanaan pendidikan dimasa darurat penyebaran Covid 19, menteri pendidikan dan kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim, telah kebijakan untuk menghadapi pandemi. kebijakan tersebut. 

  • Kebijakan tersebut yaitu penghapusan tentang ujian nasional serta perubahan sistem regulasi penerimaan perserta didik baru dan penetapan pembelajaran dari rumah (pembelajaran daring). Dari beberapa penetapan tersebut, penetapan pembelajaran daringlah yang banyak menimbulkan pro dan kontra di masyarakat.

  • Awalnya, orangtua atau wali murid dan pegiat pendidikan menilai bahwa kebijakan tersebut adalah cara terbaik di masa pandemi yang tujuannya untuk melindungi siswa dari paparan Covid 19. Namun kegelisaan mulai timbul dengan diperpanjangnya pembelajaran daring atau pembelajaran online tersebut. 

  • Kegelisahan tersebut utamanya dialami dari wali murid yang merasa kerepotan dengan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, khususnya untuk siswa TK dan SD yang mana siswa belum mahir memanfaatkan teknologi meskipun orang tua juga ikut serta dalam membantu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. 

  • Menurut penulis pembelajaran tersebut tidak efektif karena siswa beranggapan bahwa “rumah” adalah tempat untuk bermain. Selain itu, wali murid yang kurang paham dengan teknologi juga agaknya ikut menjadi masalah baru terkait pembelajaran daring yang serba digital.

  • Mengacu pada hasil observasi yang telah penulis lakukan di lingkungan tempat tinggal penulis tinggal, ada beberapa orang tua yang kurang memahami mengenai penggunaan gadget, apalagi dimasa pandemi saat ini dimana gadget sangat dibutuhkan sebagai alat bantu dalam komunikasi pembelajaran daring. 

  • Peran orangtua saat ini banyak memeberikan manfaat dalam proses pembelajaran daring khususnya orang tua yang memiliki anak yang masih duduk di bangku TK dan SD dimana orang tua harus selalu siap dan mengawasi proses pembelajaran anak. Sedangkan realitanya orang tua di daerah penulis kurang memahami dan kurang mampu mengoprasikan gadget dengan optimal.

  • Menurut penelitan Syahria Anggita Sakti (2021) yang berjudul “Persepsi Orang Tua Siswa terhadap Pembelajaran Daring pada Masa Pandemi Covid 19 di Yogyakarta” Hasil dari penelitian ini terdapat kendala yang dialami oleh murid, guru, dan orang tua dalam pembelajaran daring yaitu keterbatasan penguasaan teknologi, jaringan internet yang tidak stabil, variasi materi bahan ajar yang masih sangat minim, serta jam kerja yang menjadi tidak terbatas bagi guru. Dampak dari penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pemangku kebijakan tentang bagaimana menyelenggrakan model pendidikan daring yang sesuai dengan kondisi warga belajarnya terlebih pada masa pandemi.
  • KAJIAN TEORI

  • Pembelajaran Daring

  • Menurut Bilfaqih & Qomarudin (2015) pembelajaran daring merupakan “program penyelenggaraan kelas pembelajaran dalam jaringan untuk menjangkau kelompok target yang masif dan luas”. Sedangkan menurut Thorne (Kuntarto, 2017) pembelajaran daring adalah “pembelajaran yang dirancang dengan memanfaatkan teknologi multimedia, virtual, CD ROM, streaming video, pesan suara, email dan telepon konferensi, teks online animasi, serta online video streaming”. 

  • Selain daripada melalui media tersebut, juga dapat dilakukan melalui media-media chatting seperti WhatsApp, Instagram, Telegram, atau aplikasi-aplikasi lain. Tujuan dari diadakannya pembelajaran daring ini adalah memberikan layanan pembelajaran bermutu dalam jaringan yang masif dan terbuka guna menjangkau peminat ruang belajar agar lebih luas dan lebih banyak (Sofyana dan Rozaq, 2019). Sehingga tepat ketika pembelajaran daring digunakan di era pandemi ini
  • Kelebihan pembelajaran daring/e-learning menurut Hadisi dan Muna (2015) adalah:

  • Biaya, e-learning mampu mengurangi biaya pelatihan. Pendidikan dapat menghemat biaya karena tidak perlu mengeluarkan dana untuk peralatan kelas seperti penyediaan papan tulis, proyektor dan alat tulis.
  • Fleksibilitas waktu, e-learning membuat pelajar dapat menyesuaikan waktu belajar, karena dapat mengakses pelajaran kapanpun sesuai dengan waktu yang diinginkan.
  • Fleksibilitas tempat, e-learning membuat pelajar dapat mengakses materi pelajaran dimana saja, selama komputer terhubung dengan jaringan Internet.

  • Fleksibilitas kecepatan pembelajaran, e-learning dapat disesuaikan dengankecepatan belajar masingmasing siswa.
  • Efektivitas pengajaran, e-learning merupakan teknologi baru, oleh karena itu pelajar dapat tertarik untuk mencobanya juga didesain dengan instructional design mutahir membuat pelajar lebih mengerti isi pelajaran.

  • Ketersediaan on-demand, e-learning dapat sewaktu-waktu diakses dari berbagai tempat yang terjangkau internet, maka dapat dianggap sebagai “buku saku” yang membantu menyelesaikan tugas atau pekerjaan setiap saat.

  • Kekurangan pembelajaran daring/e-learning menurut Hadisi dan Muna (2015) antara lain:

  • Kurangnya interaksi antara guru dan siswa bahkan antar-siswa itu sendiri yang mengakibatkan keterlambatan terbentuknya values dalam proses belajar-mengajar.
  • Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis.
  • Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan dari pada pendidikan.
  • Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
  • Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer).

  • Persepsi Orang Tua

  • Melalui pembelajaran daring ini, peran orang tua sangat signifikan adanya. Disamping guru yang mengarahkan, mengajarkan dan memberikan layanan kepada siswa-siswi melalui media online, orang tua juga mesti berkewajiban mendampingi dan kemudian melaporkan kepada guru melalui jaringan online juga, terutama untuk siswa TK-SD. Namun, dalam pelaksanaanya banyak problema yang dialami orang tua. Sehingga, timbul berbagai persepsi-persepsi baik yang pro maupun yang kontra terhadap pembelajaran daring ini.

  • Persepsi sendiri disini dikaitkan dengan pandangan seseorang tentang suatu hal atau kejadian, yang dalam hal ini adalah pandangan orang tua terhadap situasi pembelajaran daring. Menurut Sumanto (2014), persepsi adalah “proses pemahaman atau pemberian makna atas sebuah informasi terhadap stimulus yang bisa didapat oleh objek, peristiwa, atau hubungan antar gejala yang diproses oleh otak”. Peristiwa yang menjadi stimulus dan informasi dalam penelitian ini adalah pembelajaran daring.

  • Para orang tua sendiri memandang pembelajaran daring yang ada dengan berbagai macam reaksi. Sabiq (2020) dalam penelitiannya menyatakan bahwa “semua orang tua yang menjadi subjek penelitian ini berharap agar virus Covid 19 ini segera selesai sehingga kegiatan bisa kembali normal seperti sedia kala, termasuk di dalamnya anak-anak bisa kembali berangkat sekolah dan belajar bersama-sama dengan teman dan guru”. 

  • Banyak orang tua yang menyatakan bahwa pembelajaran daring ini tidak berbeda jauh dengan pembelajaran tatap muka, hanya berbeda media dan menyatakan rasa setujunya. Akan tetapi juga banyak orang tua yang merasa bahwa pembelajaran daring ini membebani orang tua, karena harus bekerja dan membagi waktu dengan anak, termasuk juga ketidakpahaman teknologi di dalamnya.
  • METODE PENELITIAN

  • Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sedangkan untuk metode penelitiannya sendiri menggunakan metode survey yang dilakukan dengan menyebarkan angket/kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua/wali di Dusun Ngumbul RT02/W01, Desa Watu Agung, Kab. Semarang sebanyak 35 orang. Sedangkan pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Teknik pengumpulan data digunakan angket/kuesioner dan juga melalui wawancara pra penelitian di awal. Data yang dihasilkan kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif.
  • HASIL DAN PEMBAHASAN

  • Setelah dilakukan penyebaran angket/kuesioner pada akhir akhir ini pembelajaran ini tidak asing lagi dan bahkan sering di dengar oleh kalangan orang,hingga bukan hal baru lagi bagi sebuah pendidikan pada saat ini hingga  kepada responden kususnya di kalangan orangtua, persepsi orangtua sangat berbeda beda dari sebuah observasi. Oleh karena itu si penulis menjabarkan sebuah pembahasan dan hasil. Hasil ini bertujuan untuk menjawab sebuah pertanyaan yang telah di ajukan di pendahuluan.  Kemudian data yang didapatkan dianalisis dan hasilnya seperti pada data tabel berikut:

  • Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Kategorisasi Persepsi Orang Tua Terhadap Pembelajaran Daring

    • Variabel
    • Interval
    • Kategori 
    • Frekuensi
    • Persentase
    • Persepsi Orang Tua Terhadap Pembelajaran Daring
    • 8-10
    • Sangat Tinggi
    • 1
    • 7
    • 6-7
    • Tinggi
    • 2
    • 13
    • 4-5
    • Cukup
    • 4
    • 27
    • 2-3
    • Rendah
    • 8
    • 53
    • 0-1
    • Sangat Rendah
    • 0
    • 0
    • Total
    • 15
    • 100
    • Berdasarkan perhitungan tabel distribusi di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas persepsi orang tua terhadap pembelajaran daring berada pada kategori rendah dengan persentase sebesar 53% atau sekitar 8 dari 15 orang responden yang menjawab. Artinya banyak orang tua yang kurang setuju dengan adanya pembelajaran daring ini. Hal tersebut dapat disebabkan oleh banyak hal, seperti diantaranya ketidakmampuan mengakses jaringan internet dan memanfaatkan gawai, orang tua yang sibuk tidak dapat menemani anaknya dan juga ketidakmampuan orang tua memahami pelajaran yang diberikan.
    • KESIMPULAN DAN SARAN

    • Kesimpulan

    • Berdasarkan hasil di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa banyak orang tua yang kurang setuju dengan pembelajaran daring dan menganggap bahwa pembelajaran daring memiliki banyak kelemahan dan kesulitan. Hal tersebut dibuktikan dengan persentase jawaban responden yang cenderung rendah di angka 53% atau sekitar 8 dari 15 orang responden.

    • Saran

    • Diharapkan para orang tua untuk dapat menerima pembelajaran daring sesuai dengan instruksi dan keputusan Mendikbud guna memerangi Covid 19 dan mencegah penyebarannya. Diharapkan pula para orang tua untuk dapat meningkatkan dan tetap berusaha semaksimal mungkin dalam mendukung pembelajaran daring ini.
    • KAJIAN PUSTAKA

    • Bilfaqih, Y. & M. Qomarudin. 2015. Esensi Penyusunan Materi Pembelajaran Daring. Yogyakarta: Deepublish.
    • Kuntarto, E. (2017). Keefektifan model pembelajaran daring dalam perkuliahan bahasa Indonesia di perguruan tinggi. Journal Indonesian Language Education and Literature, 3(1). https://scholar.archive.org/work/pu35nesta5fi5ppxsgemhsgdbm/access/wayback/http://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/jeill/article/viewFile/1820/1450
    • Sofyana, L., & Rozaq, A. (2019). Pembelajaran Daring Kombinasi Berbasis Whatsapp Pada Kelas Karyawan Prodi Teknik Informatika Universitas Pgri Madiun. Jurnal Nasional Pendidikan Teknik Informatika: JANAPATI, 8(1), 81-86. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/janapati/article/view/17204
    • Hadisi, L., & Muna, W. (2015). Pengelolaan teknologi informasi dalam menciptakan model inovasi pembelajaran (e-learning). Al-TA'DIB: Jurnal Kajian Ilmu Kependidikan, 8(1), 117-140. https://ejournal.iainkendari.ac.id/index.php/al-tadib/article/view/396/380
    • Sakti, S. A. (2021). Persepsi Orang Tua Siswa terhadap Pembelajaran Daring pada Masa Pandemi Covid 19 di Yogyakarta. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(1), 73-81. https://scholar.archive.org/work/bi4n7ju7aza7hjsewxtckzg5ha/access/wayback/https://obsesi.or.id/index.php/obsesi/article/download/804/pdf
    • Sabiq, A. F. (2020). Persepsi Orang Tua Siswa tentang Kegiatan Belajar di Rumah sebagai Dampak Penyebaran Covid 19. Civic-Culture: Jurnal Ilmu Pendidikan PKn dan Sosial Budaya, 4(1 Extra), 1-7. http://publikasi.stkippgri-bkl.ac.id/index.php/CC/article/view/322

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun