Mohon tunggu...
Riza Hariati
Riza Hariati Mohon Tunggu... Konsultan - Information addict

SAYA GOLPUT!!!! Tulisan yang saya upload akan selalu saya edit ulang atau hapus tergantung mood. Jadi like dan comment at your own risk. You've been warned!

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

"Kota Hantu" di Tiongkok, Bagaimana Kabarnya?

8 Juli 2019   14:31 Diperbarui: 12 Juli 2019   02:30 8516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Greg Baker/AFP/Getty Images             

Misalnya ada dua kota yang gagal, lalu kota ini tetap dibiayai oleh investasi 5 kota berikutnya. Sehingga laporannya bersih. Wilayah-wilayah hunian 'dibeli' secara mencicil menggunakan investasi 5 kota itu. Meski kenyataannya hampir tidak ada yang menempati. Mereka melaporkan bahwa pembeli adalah investor, bukan penghuni.

Uang ini juga digunakan untuk mengelola kota, sehingga seolah 'hidup' penuh dengan lampu-lampu yang cemerlang. Untuk membayar tenaga perawatan bangunan. Dengan demikian seolah dua kota pertama tidaklah gagal. Orang semakin bersemangat untuk investasi.

Dan 5 kota yang gagal ini pun kemudian dibiayai dengan cara yang sama oleh kota-kota berikutnya. Terutama kota-kota di luar Tiongkok

Daerah Jangkauan Pembangunan Sangat Luas
Tiongkok itu luar biasa luas. Lima kali lebih besar daripada Indonesia. Ditambah aturan sensor yang super ketat sehingga kepala tidak tahu di mana kaki. Orang Aceh saja tidak tahu apa yang terjadi di Papua, apalagi kalau 5x lipat lebih jauh dari itu! Dengan demikian, jika ada kegagalan, maka tidak akan ada yang bisa memprediksi sebelumnya. Hanya saat sudah terlanjur parah baru ketahuan.

Belum lagi pembangunan yang dilakukan Tiongkok di dunia, orang tidak tahu apakah benar berhasil atau tidak. Karena jika ada investor, tentu hanya ditunjukkan kota yang berhasil dan pembukuan yang kelihatan sangat bersih.

Kemajuan Internet
Urbanisasi besar-besaran yang diperkirakan akan datang ternyata batal dilakukan karena banyak pekerjaan sekarang banyak yang bisa dilakukan lewat internet. Orang memilih tinggal di pedesaan yang asri, dengan lingkungan budaya yang lebih bersahabat ketimbang kota besar yang dingin dan individualis.

Harga-harga pun jauh lebih murah di desa, sehingga dengan uang yang mereka dapatkan, mereka tidak perlu tinggal di apartemen yang sumpek, dengan biaya hidup yang tinggi. Bahkan sekolah anak pun dipedesaan bisa bersaing selama mereka bisa mendapatkan akses pendidikan tambahan lewat internet.

Jika mereka sekali-kali ingin ke mall, infrastruktur sudah cukup baik dan cepat sehingga beberapa jam saja mereka bisa sampai ke kota terdekat.

Apa yang dilakukan Tiongkok untuk mengisi kota tersebut?

Berbagai hal mulai dari yang bersih terang benderang sampai yang agak kotor-kotor kusam dicoba dilakukan oleh pemerintah Tiongkok agar kota-kota ini bisa terisi.

Menciptakan Lapangan Pekerjaan
Pabrik-pabrik dibangun di sekitar kota baru tersebut, termasuk juga kantor-kantor yang dipaksakan pindah. Tapi pada akhirnya tetap saja tidak semua bisa pindah, apalagi mereka yang sudah memiliki ikatan dengan daerah asal mereka.

Sekalipun mereka datang untuk bekerja, mereka paling-paling hanya akan menyewa saja. Tidak enak tinggal di daerah yang sama sekali baru, betapapun mewahnya jika dibandingkan dengan kampung halaman yang mungkin malah cukup makmur meski tidak terlalu keren.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun