Mohon tunggu...
Riza Hariati
Riza Hariati Mohon Tunggu... Konsultan - Information addict

SAYA GOLPUT!!!! Tulisan yang saya upload akan selalu saya edit ulang atau hapus tergantung mood. Jadi like dan comment at your own risk. You've been warned!

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

"Kota Hantu" di Tiongkok, Bagaimana Kabarnya?

8 Juli 2019   14:31 Diperbarui: 12 Juli 2019   02:30 8516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Greg Baker/AFP/Getty Images             

Studi kelayakan diabaikan. Cukup mencontek dari yang sudah berhasil. Lalu melipatgandakan keberhasilan yang sudah pernah dicapai.

Tapi apa yang terjadi?

Ternyata setelah seluruh bangunan selesai kota-kota yang mewah itu tidak kunjung juga ditempati. Sekarang hampir satu dekade berlalu, puluhan kota kosong melompong. Bagaikan Kota Hantu.

Kenapa orang tidak juga kunjung menempati kota tersebut?

Tidak Ada Studi Kelayakan yang Cukup
Pembangunan yang terburu-buru mengejar target, sama sekali tidak melalui penelitian yang cukup. Tidak ada diskusi baik dengan rakyat setempat maupun dengan rakyat yang diproyeksikan akan menempati kota tersebut. Pokoknya bangun saja sebanyak-banyaknya. Letakkan pabrik di sana. Pasti orang akan datang kan? Ternyata tidak.

Begitu cepatnya pembangunan kota tersebut sampai para arsitek dan desainer yang didatangkan dari seluruh penjuru dunia ternganga. Karena begitu mereka menggambar, langsung besoknya dibangun di lapangan. Bahkan ada satu hotel 30 lantai, dibangun hanya dalam waktu 2 minggu!

Persaingan Antarkota
Membangun kota baru berarti meningkatkan GDP (nilai produksi kotor pertahun) pemda setempat secara drastis naik. Dan ini akan meningkatkan reputasi kepala daerah di mata rakyat dan partai. Dengan demikian para kepala daerah berlomba-lomba memberikan izin pembangunan, sehingga jumlah pembangunan jadi jauh melebihi kebutuhan.

Harga Bangunan yang Terlalu Mahal
Proyeksi bahwa para pekerja industri akan tinggal di sana ternyata meleset karena harga rumah dan apartemen jauh lebih tinggi daripada gaji yang mereka dapatkan. Termasuk biaya perawatan (service maintenance) dan biaya penunjang hidup yang mahal sekali.

Misalnya diproyeksikan akan ada 1000 orang yang akan bekerja di pabrik A, lalu disediakan rumah dari berbagai kelas untuk 1000 orang. Tapi ternyata 900 orang di antaranya hanyalah buruh yang tidak akan sanggup membeli rumah baru, akhirnya tetap saja tidak terbeli. Bahkan untuk sekadar menyewa pun mereka banyak yang tidak sanggup. Terlalu mahal.

Industri Ternyata Tidak Jalan
Misalnya suatu daerah dibangunkan kota karena ada pertambangan besar, seperti tambang batubara di sana. Karena satu dan lain hal, tambangnya ternyata 'mati' karena permintaan batu bara dunia menurun, sehingga industrinya terpaksa ditutup. Orang tidak mungkin tinggal dikota tersebut 'kan?

Atau pabrik yang direncanakan dibangun, ternyata batal karena adanya perang dagang sehingga lokasi pembangunan dipindah ke negara lain.

Pembiayaan Sistem Tambal Sulam
Kegagalan suatu kota mestinya ketahuan sebelum kota yang dibangun terlalu banyak 'kan? Tapi ternyata tidak. Ini karena sistem investasinya yang saling menutupi kesalahan sampai terlalu besar untuk ditanggung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun